Jadi Pembeli Tunggal, Cina Paling Terdampak Larangan Ekspor Bauksit RI

Muhamad Fajar Riyandanu
25 Januari 2023, 20:11
larangan ekspor bauksit, cina
123RF
Foto Ilustrasi Bauksit.

Pengusaha melihat Cina sebagai pasar potensial bauksit karena komoditas pertambangan itu menjadi salah satu barang yang dimanfaatkan untuk menjadi produk antara atau bahan baku, yang sudah melalui proses pengolahan, yakni alumina hingga aluminium. "Cina yang memburu bauksit kami, Cina butuh, kami jual," ujar Ronald.

Selain dengan Cina, pelaku usaha juga pernah menwarkan bauksit Indonesia kepada India dan Australia. Namun karena ketidaksesuaian harga dan persyaratan jual-beli yang rumit, para pelaku usaha tetap bertahan pada kontrak pembelian dari Cina.

"Dari negara lain juga ada, tapi prosedur segala macam sampai minta uji laboratorium bolak-balik. Kalau Cina kan sudah banyak warganya di Indonesia. Jadi mereka beli di atas kapal, sudah selesai," ujar Ronald.

Lebih lanjut, kata Ronald, bauksit menjadi komoditas pertambangan yang saat ini sedang diburu oleh negara-negara yang memiliki fasilitas pemurnian atau smelter. Bauksit umumnya diolah menjadi alumina hingga alumunium untuk bahan baku pembuatan alat transportasi, peralatan dapur hingga baku utama pembuatan transmisi listrik.

"Artinya banyak negara yang masih memerlukan bauksit, terutama bagi negara yang punya smelter alumina. Dan untuk saat ini Cina yang paling banyak," kata Ronald.

Menurut catatan Kementerian ESDM, saat masih dalam bentuk bauksit, harga jual di pasaran hanya berada di angka US$ 18 per ton. Harga jual akan meningkat usai bauksit dimurnikan menjadi alumina dengan harga jual US$ 350 per ton dan makin meroket jika sudah diolah menjadi produk aluminum seharga US$ 1.762 per ton.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...