Harga Minyak Terus Merosot, Langkah OPEC+ Pangkas Produksi Tak Efektif

Happy Fajrian
5 Juli 2023, 13:54
harga minyak, opec, produksi minyak
Dok. Chevron
Ilustrasi pengeboran minyak.

Kartel minyak global OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, atau lebih dikenal dengan OPEC+, telah memangkas produksi sejak November 2022 sebagai upaya untuk mengerek harga minyak yang terus merosot.

Dalam upaya terakhirnya, Arab Saudi pada Senin (3/7) mengumumkan perpanjangan masa pemangkasan produksi sebesar 1 juta barel per hari (bph) hingga Agustus. Di saat yang sama Rusia juga mengumumkan perpanjangan waktu untuk pengurangan ekspor 500 ribu bph yang telah berjalan sejak Juni, juga hingga Agustus.

Langkah ini diharapkan memuluskan langkah OPEC+ yang menyuplai sekitar 40% pasokan minyak dunia untuk mengangkat harga minyak lebih tinggi. Harga memang naik pasca pengumuman kebijakan, namun hanya sesaat sebelum harga minyak kembali merosot.

Pengumuman Saudi dan Rusia merupakan tambahan dari kesepakatan OPEC+ sebelumnya untuk membatasi pasokan hingga 2024. Kebijakan ini diperkenalkan pada April, dan membuat total pengurangan produksi yang diumumkan menjadi lebih dari 5 juta bp5, atau sekitar 5% dari produksi minyak global.

Pengumuman April yang mengejutkan memperdalam pengurangan produksi yang diperkenalkan pada bulan November, dan membantu menaikkan harga sekitar US$ 9 per barel menjadi di atas US$ 87 per barel pada hari-hari berikutnya.

Namun sejak itu harga minyak kembali turun, dengan harga minyak mentah Brent pada Selasa (4/7) diperdagangkan hanya di bawah US$ 76 per barel.

“Tambahan pemotongan produksi ini tidak akan banyak mengubah sentimen bearish di pasar yang dipenuhi dengan pesimisme tentang prospek pertumbuhan permintaan minyak di paruh kedua tahun ini,” kata analis dari Eurasia Group, seperti dikutip Reuters, Rabu (5/7).

Berikut adalah alasan utama mengapa pengurangan produksi OPEC+ gagal mengangkat harga minyak secara signifikan:

Kekhawatiran Lemahnya Permintaan Energi

Data dari Cina telah memicu kekhawatiran bahwa pemulihan ekonomi dari penguncian virus corona di konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu kehilangan tenaga.

“Pemulihan ekonomi di China setelah pencabutan pembatasan virus corona terasa lebih lamban daripada yang diantisipasi, meskipun data permintaan minyak China terbukti kuat,” kata analis Commerzbank Carsten Fritsch.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...