Harga Minyak Menuju US$ 100/Barel, Dipicu Pasokan Negara OPEC+ Anjlok
PT Pertamina juga menaikan harga pada sejumlah produk BBM diesel. Harga jual Dexlite menjadi Rp 16.350 per liter dari sebelumnya Rp 13.950 per liter. Sementara itu, Pertamina Dex dibanderol seharga Rp 16.900 per liter dari sebelumnya Rp 14.350 per liter.
Awal bulan ini, Arab Saudi memperpanjang pengurangan gabungan sebesar 1,3 juta barel per hari (bph) hingga akhir tahun, sehingga mempercepat penurunan persediaan global. Selain itu, pemotongan pasokan oleh Rusia untuk mendongkrak harga turut mendukung upaya negara-negara OPEC lainnya untuk mendorong harga menuju US$ 100 per barel.
Badan Energi Internasional (IEA) pekan lalu memperingatkan bahwa pengurangan pasokan minyak oleh Rusia dan Arab Saudi selaku pemimpin OPEC+ akan memicu kekurangan pasokan yang signifikan dan menimbulkan ancaman besar terhadap volatilitas harga yang sedang berlangsung.
Managing Partner SPI Asset Management, Stephen Innes, mengatakan fluktuasi harga minyak global masih belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Meningkatnya biaya bahan bakar dan permintaan dari Cina sebagai importir minyak terbesar di dunia, diperkirakan bakal mengaburkan prospek bank sentral (The Fed) terkait rencana mereka untuk menurunkan tingkat inflasi yang masih jauh di atas target 2%.
Bank Sentral Eropa menerapkan kenaikan suku bunga ke-10 berturut-turut pada minggu lalu dan menyiratkan kemungkinan akan berhenti di situ. Namun pada hari Jumat, para pengambil kebijakan mengatakan kenaikan lebih lanjut bukanlah hal yang mustahil.
Suku bunga bank sentral AS secara luas diperkirakan akan mencapai puncaknya setelah penurunan inflasi inti pada bulan lalu, yang menghilangkan unsur-unsur yang mudah berubah seperti bahan bakar dan makanan.
Namun, Federal Reserve telah mengisyaratkan bahwa pintu tetap terbuka untuk kemungkinan kenaikan akhir pada bulan November.
“Bertaruh pada minyak menjadi perdagangan favorit di Wall Street. Tidak ada yang meragukan keputusan OPEC+ (produksi minyak) pada akhir bulan lalu akan membuat pasar minyak sangat ketat pada kuartal keempat,” kata Edward Moya, analis OANDA.