Alasan Lelang WK Migas Natuna D-Alpha Dipercepat Usai Tidur 45 Tahun
Pemerintah mempercepat pelelangan wilayah kerja migas (WK Migas) Natuna D-Alpha pada pertengahan tahun ini. Blok Migas Natuna D-Alpha merupakan salah satu lapangan migas dengan cadangan 230 triliun kaki kubik (TCF) dan 350 juta barel minyak (MMBO).
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, mengatakan percepatan lelang WK Natuna D-Alpha berkaitan dengan isu energi terbarukan.
“Kalau kita gak cepat lakukan ya jadi sampah nanti dan akan ditinggalkan disana selamanya,” kata Tutuka dalam paparannya di acara Luncheon Talk #1 Aspermigas 2023, di Jakarta, Kamis (16/11).
Tutuka menyebut saat ini sudah ada perusahaan internasional yang memiliki ketertarikan untuk mengembangkan WK migas Natuna D-Alpha. Wilayah kerja yang berjarak 250 kilometer dari lepas pantai Kepulauan Natuna ini sudah tidur selama 45 tahun lamanya.
“Sudah ada yang masuk dan kita evaluasi, itu mudah-mudahan bisa diumumkan pada tahun depan. Kita masih terus nego dengan yang bersangkutan,” jelas Tutuka.
Dalam paparannya, Tutuka menyebut Blok Natuna D-Alpha ini terdiri atas 71% cadangan gas yang berisi CO2. “Produksi CO2 nya itu sama dengan produksi gas nasional seluruh indonesia,” ungkapnya.
Sebelumnya, Tutuka menjelaskan bahwa dalam lelang Blok Natuna ini pemerintah menawarkan jenis kontrak bagi hasil yang fleksibel, yakni cost recovery maupun gross split.
Adapun minimum komitmen untuk Blok Natuna D-Alpha adalah lima tahun studi GGRPE dan 1 sumur dengan bonus tanda tangan US$ 500.000. Tutuka menyampaikan skema split yang ditawarkan untuk cost recovery di WK Natuna D-Alpha bersifat penawaran terbuka. Sedangkan skema gross split adalah 57:43 untuk minyak dan 52:48 untuk gas.
Menurut catatan Kementerian ESDM, Blok Natuna D-Alpha ini sebelumnya dikembangkan oleh Pertamina berdasarkan Surat Menteri ESDM No 3588/11/MEM/2008 tertanggal 2 Juni 2008 tentang Status Gas Natuna D Alpha. Namun akhirnya Pertamina menterminasi atau mengembalikan blok tersebut kepada pemerintah pada 2022 lalu.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor migas Indonesia mencapai US$3,32 miliar pada September 2023. Jumlah itu naik 25,04% (month-on-month/mom) dibandingkan Agustus 2023 yang nilainya US$2,66 miliar.