Luhut Bantah Tom Lembong Harga Nikel Turun, Ini Tren 10 Tahun Terakhir

Mela Syaharani
25 Januari 2024, 18:08
harga nikel, luhut, thomas lembong
PT Antam TBK
Ilustrasi bijih nikel.

Pada Maret 2022, harga nikel melonjak hingga menyentuh level US$ 33,924/ton, meski kembali merosot ke level US$ 21.481/ton empat bulan setelahnya atau pada Juli, lalu melonjak ke level US$ 28,946/ton pada akhir 2022. Setelah itu harga nikel terus merosot hingga di bawah US$ 16.000/ton. Simak databoks berikut:

Melansir laporan tahunan Nornickel, pada 2021 terdapat beberapa penyebab harga nikel mengalami kenaikan. Seperti optimisme pasar terhadap laju pemulihan ekonomi global, melemahnya dolar ketika pemerintahan baru Biden mengumumkan paket stimulus sebesar US$ 1,9 triliun, serta insiden industri di Norilsk yang mempengaruhi pasokan logam di pasar.

Meski meningkat cukup signifikan, namun 2021 bukanlah tahun peningkatan tertinggi. Sebab pergerakan harga rata-rata nikel tertinggi selama 10 tahun menurut data Bank Dunia terjadi pada 2022 ketika harga menyentuh level US$ 25.833/ton atau melonjak 39,9% dibandingkan tahun sebelumnya.

Mengacu pada laporan Nornickel, kenaikan harga selama 2022 ini juga dipengaruhi beberapa hal. Misalnya pada awal tahun, dinamika harga nikel didominasi oleh meningkatnya ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina, yang semakin diperburuk oleh rendahnya nilai tukar saham.

Kemudian penguatan harga juga didukung oleh peningkatan penjualan di pasar EV. Kenaikan harga ini juga didukung oleh rumor mengenai kemungkinan pajak ekspor nikel Indonesia, serta gangguan di beberapa lokasi produksi nikel di Ukraina dan Kaledonia Baru.

Setelah mengalami kenaikan yang cukup besar dari 2021 ke 2022, harga nikel pada tahun kemarin mengalami penurunan. Bank dunia mencatat, selama 2023 harga rata-rata nikel dunia sebesar US$ 21.521/ton atau menurun 16,69% dibandingkan periode sebelumnya.

Penjelasan Luhut

Luhut juga menjelaskan pada 2014 hingga 2019 saat periode hilirisasi mulai dilakukan pemerintah, harga nikel masih berada di bawah harga saat ini. “Dulu hanya US$ 12.000 per ton. Jadi saya nggak ngerti kenapa Tom Lembong memberikan statement seperti ini,” ujarnya.

Menurut Luhut, Tom Lembong memberikan arahan dan fakta yang kurang sesuai dengan data di lapangan. “Tom harus mengerti kalau harga nikel tinggi terlalu tinggi itu sangat berbahaya. Kita belajar dari kobalt, 3 tahun lalu harganya begitu tinggi orang akhirnya mencari bentuk baterai lain. Itu salah satu pemicu lahirnya lithium ferro phosphate (LFP) itu,” ucap Luhut.

“Jadi ini kalau kita membuat harga nikel terlalu tinggi maka orang akan cari alternatif lain karena teknologi berkembang sangat cepat. Oleh karena itu kita mencari keseimbangan supaya betul-betul barang kita (nikel) nih masih tetap dibutuhkan Sampai beberapa belas tahun yang akan datang,” kata dia.

Halaman:
Reporter: Mela Syaharani
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...