Harga Nikel Acuan Februari US$ 16.150/Ton, Terendah Sejak Januari 2022

Mela Syaharani
19 Februari 2024, 13:57
harga nikel, nikel,
ANTARA FOTO/REUTERS/Yusuf Ahmad
Seorang pekerja memperlihatkan bijih nikel di smelter feronikel yang dimiliki oleh perusahaan tambang negara Aneka Tambang Tbk di distrik Pomala, Indonesia.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Koreksi harga nikel acuan berlanjut pada Februari 2024. Kementerian ESDM menetapkan harga di level US$ 16.151 per metrik ton kering (dmt), turun 1,3% dibandingkan bulan sebelumnya di level US$ 16.368 per dmt.

Pemerintah menetapkan harga nikel melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 29.K/MB.01/MEM.B/2024 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batubara Acuan untuk Bulan Februari 2024 yang dikutip pada Senin (19/1).

Harga Februari ini merupakan yang terendah sejak Januari 2022 atau dua tahun lalu. Menggeser rekor buruk pada Januari kemarin.

Sebagai informasi, London Metal Exchange (LME) mencatat harga nikel pada penutupan perdagangan hari Jumat (16/2) sebesar US$ 16.356 per ton. Sejak awal 2024 harga nikel LME terus mengalami tren fluktuatif.

Harga nikel sebelumnya telah bertahan di angka US$ 16.000-an sejak 5 Januari hingga 5 Februari. Kemudian sejak 6 hingga 13 Februari kemarin harganya anjlok ke kisaran US$ 15.000 per ton, sebelum akhirnya kembali menguat ke angka US$ 16.000 pada pekan lalu.

Berdasarkan data Westmetall, harga sejak September 2023 secara umum terus menunjukkan tren penurunan. Saat itu harga nikel per tonnya masih di angka US$ 20.000 per ton.

Di sisi lain, meskipun harga nikel cenderung menurun namun stok nikel menurut catatan LME terus bertambah. Bahkan sejak 30 Januari lalu stok nikel sudah menyentuh angka 70 ribu ton.

Forbes mencatat bahwa dalam 12 bulan terakhir harga nikel merosot hingga 45%. Anjloknya harga disebabkan oleh pasokan yang melebihi permintaan. Meski begitu Morgan Stanley memperkirakan nikel sudah mendekati harga terendahnya dan berpotensi untuk rebound atau berbalik naik.

"Hal ini tidak berarti akan terjadi pemulihan yang cepat, atau bahwa tidak diperlukan pengurangan produksi," kata analis Morgan Stanley yang memprediksi harga akan stabil di kisaran US$ 15.000 per ton.

Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...