Profil Vale Indonesia, Raksasa Nikel RI yang Resmi Diakuisisi MIND ID

Mela Syaharani
27 Februari 2024, 16:10
vale indonesia, mind id, divestasi, nikel
Arief Kamaludin|KATADATA
Logo PT Vale Indonesia Tbk.
Button AI Summarize

Perusahaan holding pertambangan BUMN, PT Mining Industry Indonesia (MIND ID) resmi menjadi pemegang saham mayoritas PT Vale Indonesia Tbk usai mengakuisisi 14% saham tambahan dengan harga Rp 3.050 per lembar.

Direktur MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan total investasi yang digelontorkan sekitar US$ 300 juta atau Rp 4,68 triliun dengan nilai kurs yang berlaku saat ini. Hendi juga menyebut transaksi akuisisi saham divestasi akan rampung pada Juni 2024 menggunakan kas internal.

“Kira-kira US$ 300-an juta dan itu dibayar selesai Juni ini, dan ada yang melalui mekanisme pasar modal,” ujarnya usai penandatanganan transaksi jual beli saham Vale Indonesia dalam rangka divestasi di Hotel Pullman, Jakarta pada Senin (26/2).

Dengan rampungnya transaksi divestasi ini, MIND ID kini menggenggam saham Vale Indonesia sebesar 34%, naik dari sebelumnya 12%, sementara itu Vale Canada Limited menggenggam 33,88% dan Sumitomo Metal Mining 11,48%, serta publik 20,63%.

Penandatanganan perjanjian jual beli saham ini disaksikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves) Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, serta Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana.

Profil PT Vale Indonesia

Vale Indonesia merupakan pertambangan bijih nikel yang berdiri pada 25 Juli 1968 dengan nama PT International Nickel Indonesia (INCO), dan telah menggenggam kontrak karya (KK) dari pemerintah. Meski begitu perusahaan ini telah melakukan eksplorasi sejak 1920-an.

Dua tahun setelah pendirian, Vale, yang masih berbendera INCO sebelum diakuisisi oleh Vale Canada Limited pada 2011, mengirimkan sampel pertama dari bijih Sulawesi sebanyak 50 ton ke fasilitas penelitian di Port Colborne. Ontario, Kanada.

Percobaan di fasilitas peleburan reduksi baru menunjukkan bahwa bahan dari Sorowako bisa diolah. Pengolahan nikel telah menjadi fokus Vale bertahun-tahun sebelum pemerintah memandatkan hilirisasi mineral. Vale telah menjalankan pabrik pengolahan di Sorowako sejak 1977.

Peresmian pabrik ini bahkan dihadiri oleh Presiden Soeharto. Setahun berselang atau pada 1978, Vale memulai kegiatan komersialnya. Kemudian pada 16 Mei 1990, Vale yang masih berbendera INCO resmi melantai di pasar modal Indonesia.

Vale Indonesia-Divestiture
Tambang nikel Vale Indonesia di Sorowako, Sulawesi Selatan. (ANTARA FOTO?REUTERS/Yusuf Ahmad)

Hak Vale untuk mengembangkan dan mengoperasikan proyek nikel dan mineral mineral tertentu lainnya di daerah yang sudah ditentukan di pulau Sulawesi didasarkan atas KK yang ditandatangani pada 27 Juli 1968 dengan pemerintah.

Kontrak ini kemudian diubah dan diperpanjang pada 15 Januari 1996, dan terakhir diamandemen pada 17 Oktober 2014, atau KK 2014, seperti yang diamanatkan Undang-Undang Pertambangan 2009.

Berdasarkan ketentuan KK 2014, KK Vale akan berakhir pada 2025 dan dapat mengajukan untuk melanjutkan operasinya dalam bentuk izin usaha untuk jangka waktu perpanjangan dua kali sepuluh tahun, setelah memperoleh persetujuan dari pemerintah.

Selain itu, KK 2014 juga mengatur mengenai komitmen Vale untuk mengutamakan penggunaan tenaga kerja, barang dan jasa dalam negeri, serta mengenai komitmen investasi yang sejalan dengan strategi pertumbuhan Vale.

Sejak didirikan, Vale telah membangun tiga pembangkit listrik tenaga air (PLTA), yakni PLTA Larona yang mulai beroperasi pada 1979 dengan kapasitas 165 megawatt (MW), PLTA Balambano yang mulai beroperasi pada 1999 dengan kapasitas 110 MW, dan PLTA Karebbe yang didirikan pada 2007 dan mulai beroperasi pada 2011.

Pada 2013, Vale memulai tahap pertama proyek konversi batu bara. Melalui penggantian HSFO dengan batubara serbuk untuk dimasukkan ke dalam tanur pengering. Selain lebih murah, batu bara juga merupakan sumber daya lokal sehingga penggunaannya dapat lebih meningkatkan kontribusi Vale bagi perekonomian Indonesia.

Vale juga pernah menjalin kerja sama dengan perusahaan lain untuk mengelola nikel. Hal ini terjadi pada beberapa waktu lalu, tepatnya 2022 adanya peletakan batu pertama dimulainya Indonesia growth Project atau IGP Pomala kerjasama Vale bersama Huayou untuk pengembangan fasilitas pengolahan nikel dengan investasi US$ 4,5 miliar.

Proyek ini akan mengoperasikan pabrik berteknologi HPAL untuk menghasilkan 120.000 ton nikel dan sekitar 15.000 ton kobalt yang terkandung dalam produk mhp.

Halaman:
Reporter: Mela Syaharani
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...