Daftar Negara Dengan Subsidi BBM Terbesar di Dunia, Cina Teratas
Subsidi BBM dan subsidi energi telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. IMF melaporkan bahwa total subsidi bahan bakar di seluruh dunia pada 2022 naik sekitar 18,3% secara tahunan menjadi sekitar US$ 7 triliun atau setara dengan 7,1% produk domestik bruto (PDB) global.
Sejak 2020 total subsidi energi telah meningkat secara signifikan di seluruh wilayah kecuali Amerika Utara, dan meningkat hampir dua kali lipat di Eropa karena subsidi gas alam dan listrik imbas gangguan pasokan akibat perang Rusia-Ukraina. Di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, peningkatan ini terutama didorong oleh subsidi BBM.
Untuk 2022, total subsidi bahan bakar global terfokus di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Secara absolut, Cina memberikan subsidi energi terbesar di dunia dengan lebih dari US$ 2,2 triliun atau lebih Rp 35 kuadriliun dengan kurs saat ini.
Namun secara rasio terhadap produk domestik bruto (PDB), Cina bukan yang terbesar, melainkan Aljazair yang nilai subsidi bahan bakarnya mencapai 38,53% dari total PDB pada 2022. Berikut 20 negara dengan subsidi bahan bakar terbesar di dunia dan porsinya terhadap PDB:
- Cina: US$ 2,23 triliun (12,46% dari PDB)
- Amerika Serikat: US$ 757,07 miliar (3,24%)
- Rusia: US$ 421,43 miliar (23,61%)
- India: US$ 346,23 miliar (10,61%)
- Jepang: US$ 310,44 miliar (5,84%)
- Arab Saudi: US$ 252,83 miliar (27,01%)
- Indonesia: US$ 194,12 miliar (15,45%)
- Iran: US$ 162,57 miliar (27,16%)
- Korea Selatan: US$ 161,68 miliar (8,05%)
- Turkiye: US$ 152,48 miliar (15,18%)
- Jerman: US$ 129,18 miliar (2,99%)
- Meksiko: US$ 98,01 miliar (7,61%)
- Thailand: US$ 83,64 miliar (15,38%)
- Malaysia: US$ 81,33 miliar (19,70%)
- Mesir: US$ 80,82 miliar (23,81%)
- Aljazair: US$ 75,28 miliar (38,53%)
- Inggris Raya: US$ 73,99 miliar (2,31%)
- Brazil: US$ 68,94 miliar (3,20%)
- Prancis: US$ 64,02 miliar (2,08%)
- Italia: US$ 63,36 miliar (2,80%)
Qatar, negara kecil yang kaya akan gas, memberikan total subsidi bahan bakar per kapita tertinggi pada 2022, yakni mencapai lebih dari US$ 14.100 per orang. Mayoritas subsidi bahan bakar Qatar pada tahun tersebut adalah untuk gas alam dan setara dengan sekitar 19% PDB Qatar.
Setelah Qatar, tiga negara penghasil minyak lainnya di Teluk – Bahrain, Arab Saudi dan Kuwait – memimpin 170 negara dalam data yang dikumpulkan oleh IMF. Arab Saudi sejauh ini mempunyai subsidi tertinggi di antara negara-negara G20, yaitu hampir US$ 7.000 per kapita, dan sebagian besar disalurkan ke produk minyak. Disusul Korea Selatan, Rusia, dan Jepang.
IMF menghitung total subsidi bahan bakar fosil dengan mengalikan konsumsi bahan bakar dengan selisih antara harga eceran dan harga pasar, yang memperhitungkan biaya pasokan seperti tenaga kerja dan bahan baku, kerusakan lingkungan, dan eksternalitas lain terkait penggunaan bahan bakar seperti kemacetan jalan.
Mayoritas (82%) subsidi bahan bakar pada tahun 2022 bersifat implisit, yaitu harga yang belum termasuk pajak konsumsi dan/atau tidak memperhitungkan dampak penggunaan bahan bakar terhadap lingkungan. Subsidi lainnya bersifat eksplisit, artinya mereka mengenakan biaya pasokan bahan bakar yang terlalu rendah.
Pada tahun-tahun mendatang, subsidi eksplisit diperkirakan akan turun menjadi 0,6% dari PDB global pada 2030, seiring dengan turunnya harga energi internasional dari tingkat puncaknya, menurut perkiraan IMF. Namun, subsidi implisit diperkirakan akan meningkat secara bertahap dari 5% PDB pada tahun 2020 menjadi 6,1% pada 2030.
“Meskipun intensitas energi dalam PDB secara umum menurun seiring berjalannya waktu, negara-negara emerging market memperhitungkan peningkatan konsumsi bahan bakar global dan biaya lingkungan lokal per unit penggunaan batu bara cenderung lebih besar di negara-negara tersebut,” tulis laporan tersebut.