SKK Migas Pertimbangkan Tambahan Insentif untuk Kerek Produksi Minyak

Mela Syaharani
17 Juli 2024, 12:13
skk migas, produksi minyak, insentif
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.
Sejumlah pekerja melakukan pendeteksian laju karat di pipa pada Anjungan Bravo Flow Station Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ), lepas pantai utara Subang, Laut Jawa, Jawa Barat, Minggu (2/4/2023). PHE ONWJ berhasil mencapai produksi pada tahun 2022 sebesar 27.593 barrel oil per day (BOPD) untuk minyak dan 74,49 million standard cubic feet per day (MMSCFD) untuk gas.
Button AI Summarize

SKK Migas akan mempertimbangkan tambahan insentif untuk meningkatkan produksi minyak jika ditemukan cadangan minyak baru di masa mendatang. Hal ini demi mengejar target produksi 1 juta barel per hari (bph).

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa potensi minyak bumi Indonesia sangat menjanjikan namun banyak kendala saat eksploitasinya. Ini menjadi salah satu penyebab masih terjadinya penurunan produksi.

“Kadang-kadang potensi minyak bumi kelihatan sangat menjanjikan tapi pada saat pelaksanaan ada saja masalah-masalah sehingga sampai sekarang masih decline,” ujarnya dalam acara peringatan ulang tahun SKK Migas ke-22 dikutip Rabu (17/7).

Dwi menyebut, jika di masa mendatang Indonesia mendapatkan temuan sumber minyak bumi yang baru maka pihaknya mengupayakan adanya tambahan insentif.

“Mungkin insentifnya harus lebih besar kalau temuannya itu minyak. Barangkali itu mesti perlu dipikirkan ini, kami di SKK Migas,” kata dia.

Tidak hanya minyak, Dwi mengatakan gas bumi Indonesia juga masih memiliki sedikit kendala pada infrastruktur agar penyaluran gas bumi dapat meningkat. Meski berkendala, namun Dwi sangat percaya diri untuk potensi industri gas ini.

Terlebih dia sudah mengkalkulasi secara kasar, bahwa beberapa proyek yang dimiliki Indonesia saat ini masih bisa untuk mengejar target produksi gas pada 2030.

Keyakinan ini Dwi dapatkan sebab pemerintah saat ini tengah menyelesaikan proyek jaringan pipa gas bumi Cirebon-Semarang pada akhir 2025 dan akan dilanjutkan dengan pembangunan pipa ruas Dumai-Sei Mangkei di Sumatra, mungkin juga membangun ruas baru di Bali ataupun Nusa Tenggara.

“Jadi mudah-mudahan dengan infrastruktur ini kami tidak mengalami kesulitan untuk bisa memasarkan produk. Saat ini kami mempunyai akses di Jawa Timur kurang lebih 150 mmscfd dan juga ada beberapa POD yang belum dieksekusi,” ujarnya. “Indonesia juga masih memiliki kelebihan pasokan gas di Natuna.”

Sebelumnya, SKK Migas memastikan bahwa target produksi migas 2030 yakni 1 juta barel per hari minyak dan 12 miliar standar kaki kubik per hari gas harus tercapai dan tidak akan direvisi. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D.Suryodipuro mengatakan pihaknya akan tetap mengacu pada target tersebut.

“Bukan revisi, tapi kami selalu meng-update. Tapi intinya kalau buat kami adalah tetap target 1 juta barrel oil per day itu tidak berubah. Itu harus dicapai,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, pada Senin (18/3).

“Kami selalu mengevaluasi terkait dengan proyek jangka panjang (LTP). Jadi kami lihat perkembangannya bagaimana. Kami akan selalu meng-update lah,” kata Hudi menambahkan.

Sebab menurutnya, meskipun nanti produksi migas Indonesia sudah sesuai target 2030, namun sebetulnya jumlah kebutuhan migas dalam negeri lebih banyak dibandingkan target tersebut.

“Karena dengan 1 juta barrel oil per day, itu kan kita sendiri masih impor untuk memenuhi kebutuhan minyak mentah kita. Jadi itu tetap kita harus lakukan. Nah, mengenai masalah itu mau direvisi atau apa, yang jelas SKK Migas selalu melakukan evaluasi on a yearly basis,” ucapnya.

Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...