PGE Paparkan Paradigma Baru Pengembangan Panas Bumi di Indonesia

Dini Hariyanti
Oleh Dini Hariyanti - Tim Publikasi Katadata
9 September 2024, 18:37
PGE
Pertamina
Button AI Summarize

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) menyampaikan paradigma baru yang menekankan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan untuk mempercepat pengembangan panas bumi sebagai tulang punggung transisi energi nasional. Hal ini dipaparkan di dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, pada 5 September 2024.

Kolaborasi antar pemangku kepentingan menjadi salah satu pesan utama yang digaungkan di ISF 2024. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan di dalam sesi pleno menegaskan, percepatan transisi energi memerlukan upaya kolektif yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, industri, hingga investor.

Menurutnya, masa depan transisi energi Indonesia bergantung kepada komitmen kolaboratif dari semua pemangku kepentingan.

Sejalan dengan visi tersebut, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengimbuhkan, panas bumi merupakan solusi terbaik bagi Indonesia dalam perjalanan menuju energi bersih.

Karakteristik panas bumi yang mampu menjadi sumber energi baseload menjadi alasan kuat mengapa Indonesia perlu mengoptimalkan potensi ini melalui kolaborasi yang kuat antar seluruh pemangku kepentingan.

Guna memaksimalkan potensi panas bumi yang ada, Direktur Utama PGE Julfi Hadi menyampaikan, paradigma baru di dalam pengembangan energi panas bumi dibutuhkan untuk membuat investasi di sektor energi terbarukanlebih menarik dengan tingkat tarif yang ada.

Ia menjelaskan pula bahwa selama ini tidak ada cara baru dalam pengembangan panas bumi. Padahal, sebetulnya Indonesia perlu mempercepat pengembangan panas bumi dalam 6-8 tahun ke depan untuk mencapai target kapasitas panas bumi nasional sebesar 7 GW pada 2033. 

“Kami memerlukan terobosan untuk bisa menurunkan biaya pengembangan panas bumi dan mengubah paradigma melalui model bisnis yang baru,” kata Julfi Hadi.

Perubahan paradigma dalam pengembangan energi panas bumi menjadi penting, karena dengan tarif listrik panas bumi saat ini, perlu ada pendekatan yang lebih optimal untuk meningkatkan profitabilitas pengembang (independent power producers/IPP). Paradigma baru yang ditawarkan PGE mengedepankan tiga strategi utama untuk mencapai hal ini.

Pertama, strategi pembaruan model bisnis melalui pengembangan bertahap di wilayah kerja panas bumi untuk meningkatkan peluang keberhasilan dan optimalisasi biaya, mengingat pengembangan langsung dalam skala besar biasanya sering menimbulkan pembengkakan biaya.

Kedua, strategi menurunkan biaya ongkos pengembangan per unit  (USD per MW) melalui penggunaan teknologi baru dan menaikkan volume operasi. Ini ditempuh melalui kolaborasi antarpengembang panas bumi untuk membangun pasar dan konsolidasi permintaan.

Ketiga, strategi diversifikasi melalui pengembangan bisnis terkait dan manufaktur lokal. Pengembang panas bumi perlu ekspansi bisnis non-kelistrikan (off-grid) seperti hidrogen hijau dan amonia hijau dan mempromosikan pengembangan teknologi dan manufaktur lokal untuk komponen utama pembangkit listrik panas bumi di dalam negeri.

Selain itu, penting untuk mempertimbangkan insentif lainnya seperti akses ke pinjaman lunak (concessional loan) dan penjualan kredit karbon internasional. Hal ini juga memerlukan dukungan pemerintah untuk memberikan insentif tambahan, terutama dukungan untuk peningkatan kandungan lokal dan infrastruktur.

Julfi mengimbuhkan, pengembang panas bumi perlu meninggalkan paradigma dan model bisnis lama yang masih memakai pendekatan business as usual, dan membatasi kolaborasi yang menyebabkan tingkat pengembalian (internal rate of return) marginal. 

“Kita perlu berkembang dan berkolaborasi bersama untuk menjadikan panas bumi bisa memainkan peran penting dalam transisi energi nasional,” ucap Julfi.

Dengan sumber daya yang dimiliki, PGE optimistis dapat menjadi motor penggerak dan pemimpin percepatan pengembangan panas bumi nasional. PGE saat ini mengelola 15 wilayah kerja panas bumi (WKP) dengan kapasitas terpasang 672 MW yang akan dinaikkan menjadi 1 GW dalam dua sampai tiga tahun ke depan. Total potensi cadangan panas bumi sebesar 3 GW yang siap dikembangkan dari 10 WKP yang dikelola sendiri. 

Julfi mengungkapkan pula, PGE sudah walking the talk di dalam mewujudkan paradigma baru. Sudah banyak hal yang kita lakukan seperti berkolaborasi dalam eksplorasi sumber daya, mendorong pengembangan teknologi baru di Indonesia, dan mengembangkan manufaktur lokal. PGE juga menginisiasi proyek percontohan hidrogen hijau di Ulubelu.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...