Candu Impor Kereta Bekas Jepang

Safrezi Fitra
21 Agustus 2019, 08:50
kereta bekas, krl bekas jepang, impor kereta bekas, PT KAI, INKA, hibah kereta jepang
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
KRL Commuter Line

KRL Toei seri 6000 mulai beroperasi di Jepang pada 1968. Sebenarnya, Jepang menetapkan usia layak pakai kereta produksinya selama 50 tahun. Namun, baru 32 tahun beroperasi, Jepang mempensiunkan kereta jenis ini dan menggantinya dengan yang baru. Daripada dibuang, Pemerintah Jepang pun menghibahkan kereta lamanya kepada Indonesia.

(Baca: Menengok O-Bahn di Negara Lain, Bus dengan Rel Khusus)

Saat itu Indonesia memang membutuhkan tambahan rangkaian kereta. Jumlah penumpang sudah sangat banyak dan kereta yang ada sudah tidak mampu menampung. Bahkan, banyak penumpang yang duduk di atap rangkaian kereta dan di tempat masinis, karena saking padatnya penumpang di dalam gerbong.

Pada 2000 kereta hibah ini didatangkan ke Indonesia sebanyak 72 unit. Kereta ini dioperasikan di jalur Jabotabek, yang awalnya untuk kereta ekspres. Cukup awet, kereta tua ini mampu beroperasi hingga belasan tahun di Indonesia. September 2016 seluruh kereta hibah ini pensiun. Meski tak lagi mendapat hibah, KAI justru membeli kereta bekas dari Jepang.

Beli Kereta Bekas Jepang Sejak 2004

KAI mulai memutuskan membeli kereta bekas dari Jepang sejak 2004. Pertimbangannya tak hanya dari sisi harga, tapi keandalan kereta Jepang yang dinilai lebih baik dari Eropa. Pengadaan kereta baru juga membutuhkan waktu yang cukup lama dalam produksinya.

Sebelumnya, Indonesia juga pernah membeli rangkaian kereta baru dari Eropa, yakni Jerman dan Belanda. Pada 1992, pemerintah membeli dua set kereta dari Jerman. Mesinnya dari Korea Selatan dan dirangkai di Indonesia. Namun, tidak sampai satu tahun, sudah ada masalah. Meski sudah diperbaiki, kerusakan masih tetap ada.

(Baca: Indonesia Masuk Daftar Negara Eksportir Kereta Terbesar Dunia)

Hal yang sama terulang di 128 set kereta baru dari Belanda. Walhasil pada 2007, jumlah kereta yang tidak bisa beroperasi lebih banyak dari kereta yang aktif. Empat tahun kemudian, sudah tidak ada lagi rangkaian kereta produksi Eropa yang beroperasi di Indonesia.

Sejak 2004 KAI memutuskan pengadaan kereta dialihkan ke kereta bekas (second) dari Jepang. Alasannya, kereta hibah Jepang sebelumnya bisa bertahan hingga puluhan tahun. Kereta yang dibeli pada 2004 adalah seri 103 yang dibuat sekitar 1966-1967. Meski bekas, ternyata kereta Jepang lebih andal ketimbang Eropa.

Selain andal, kereta bekas Jepang jauh lebih murah. Faktor ini menjadi pertimbangan utama, mengingat tarif perjalanan kereta yang berlaku di Indonesia sangat murah. Dengan tarif yang rendah, sulit bagi KAI, terutama KCI mendapatkan menutup biaya investasi yang dikeluarkan (break even point).

Faktor lainnya adalah KAI harus mengejar target yang ditetapkan pemerintah. Pada 2013 pemerintah memberikan target kepada KAI untuk bisa mengangkut 1,2 juta penumpang Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabotabek) per hari pada 2019. Untuk mencapai target KCI membutuhkan sekitar 160 kereta. Akan sangat sulit membeli ratusan kereta baru dalam waktu singkat. Bahkan, kapasitas produksi INKA pun belum mampu. Makanya, sekitar 2015, KAI memesan 60 rangkaian kereta bekas Jepang.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...