Kisah MS Kurnia Membangun Hero, Supermarket Pertama di Indonesia

Hari Widowati
26 Juni 2019, 10:05
Giant tutup, sejarah Hero Group, profil pendiri Hero Group,
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Suasana Supermarket Hero di kawasan Permata Hijau, Jakarta Utara (14/1). PT Hero Supermarket Tbk (HERO) terpaksa harus menutup sebanyak 26 gerai Giant dan Hero serta harus memangkas sebanyak 523 karyawan pada 2018.

(Baca: Hero Ungkap Alasan Tutup Giant, Soal Persaingan dan Setel Ulang Bisnis)

Persaingan Bisnis Retail Memanas dengan Masuknya Carrefour

Bisnis retail memasuki babak baru ketika Chairul Tanjung membawa Carrefour, hipermarket asal Prancis, ke Indonesia pada 1998. Hero Group mulai merasakan persaingan memanas.

Pada 2002, Hero Group meluncurkan hipermarket Giant yang merupakan lisensi dari Malaysia. Berbeda dengan Hero Supermarket yang mengutamakan penjualan makanan dan minuman, hipermarket menyediakan pilihan barang yang lebih beragam, dari bahan makanan hingga perabot rumah tangga. Setelah mendirikan Giant, Hero Supermarket makin fokus ke segmen kelas menengah ke atas.

Bisnis Hero kembali menghadapi tantangan ketika Grup Lippo meluncurkan Hypermart yang dikelola oleh PT Matahari Putra Prima Tbk pada 2004. Ini berarti Hypermart dan Carrefour menjadi kompetitor langsung dari Giant.

Sejak 2013, Hero Group memperkenalkan konsep baru Giant Hypermarket menjadi Giant Ekstra dan Giant Supermarket menjadi Giant Ekspres. Giant Ekstra lebih menyasar pelanggan dengan kebutuhan skala besar sedangkan Giant Ekspres melayani konsumen yang ingin berbelanja kebutuhan dasar dengan cepat.

Pada 2014, Hero Group memperluas lini bisnisnya dengan menggandeng IKEA, peritel furnitur asal Swedia. Gerai IKEA seluas 38 ribu meter persegi di Alam Sutera, Tangerang Selatan ini menjadi gerai yang terbesar di kategori peritel furnitur di Indonesia. Saat ini Hero tengah membangun gerai kedua IKEA di Jakarta Garden City, Jakarta Timur. Gerai kedua ini diharapkan beroperasi mulai 2020.

(Baca: Asosiasi Sebut Giant Tutup Bukan Karena Pengaruh Bisnis Online)

Persaingan bisnis retail yang sangat ketat menyebabkan kinerja Hero Group menurun pada 2015. Perusahaan membukukan rugi komprehensif Rp 239,44 miliar per 31 Desember 2015 setelah mencatat laba Rp 98,25 miliar di 2014.

Hero berhasil membukukan laba Rp 120,59 miliar pada 2016 tetapi harus kembali menelan pil pahit pada 2017 dengan kerugian sebesar Rp 191,4 miliar. Hero menutup 26 gerainya pada 2018 sebagai bagian dari efisiensi. Pada akhir 2018, kerugiannya melonjak hingga Rp 1,25 triliun karena dampak dari restrukturisasi perusahaan.

Akhirnya, tahun ini pun Hero harus menutup enam gerai Giant. Keenam gerai tersebut adalah Giant Ekspres Cinere Mall, Giant Ekspres Mampang, Giant Ekspres Pondok Timur, Giant Ekstra Jatimakmur, Giant Ekstra Mitra 10 Cibubur, dan Giant Ekstra Wisma Asri.

(Baca: Pengunjung Giant Membeludak, Tergiur Diskon Besar Hingga 25%)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...