Menko Darmin: Semua Menderita Akibat Perang Dagang
Sebelumnya, OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada 2019 hanya mencapai 3,2%. Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi global 2018 sebesar 3,5%. OECD menyebut perang dagang yang berlarut-larut antara Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
OECD memperkirakan pertumbuhan perdagangan global hanya akan mencapai 2% pada 2019, level terendah sejak krisis finansial global 2008. OECD mengimbau negara-negara anggotanya untuk mengkoordinasikan kebijakan fiskal dan moneter untuk mengatasi perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut.
Sengketa dagang AS-Tiongkok semakin panas dalam sebulan terakhir. AS menaikkan bea impor produk dari Tiongkok dari 10% menjadi 25%. Pemerintah Beijing membalasnya dengan menaikkan tarif impor terhadap 5.140 produk AS senilai Rp 60 miliar dari 5-10% menjadi 25%.
Memanasnya perang dagang ini berdampak langsung pada bursa saham. Banyak investor menarik dana dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Akibatnya, indeks pasar modal dan mata uang ikut tertekan.
(Baca: Dampak Berantai Perang Dagang AS - Tiongkok terhadap Ekonomi Indonesia)