Uni Eropa Diskriminasi Sawit, Pemerintah Kaji Ulang Perjanjian IE-CEPA

Image title
19 Maret 2019, 12:01
sawit
ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Kelapa Sawit

Adapun pemerintah telah menyampaikan 10 tanggapannya atas keputusan Komisi Eropa. Pemerintah menyatakan akan menantang langkah tersebut dalam WTO, bahkan membuka kemungkinan langkah-langkah balasan, termasuk mengkaji hubungan dagang dan investasi dengan Uni Eropa.

(Baca: Pemerintah Siap Laporkan Diskriminasi Sawit Uni Eropa ke WTO)

Sebelumnya, keputusan Komisi Eropa juga disoroti International Union for Conservation of Nature (IUCN). Lembaga konservasi tersebut menilai pelarangan kelapa sawit justru berpotensi menyebabkan deforestasi. Penyebabnya, mengganti sawit dengan tanaman penghasil minyak nabati lain justru membutuhkan lebih banyak lahan.

Dalam proses produksinya, minyak kelapa sawit merupakan produk minyak nabati paling efisien dibandingkan bunga matahari, kedelai, dan rapeseed. Lembaga internasional asal Swiss itu mengatakan, per 0,26 hektare lahan sawit mampu menghasilkan satu ton minyak sawit. Hal ini berbanding terbalik dengan bunga matahari yang memerlukan hingga 1,43 hektare lahan untuk menghasikan jumlah yang sama.

(Baca: Pelarangan Sawit Berpotensi Meningkatkan Masalah Deforestasi)

Demikian halnya dengan rapeseed yang menghasilkan minyak rapa membutuhkan 1,25 hektar lahan per ton minyak nabati. Lalu, kacang kedelai perlu hingga 2 hektare lahan untuk menghasilkan satu ton minyak nabati.

Halaman:
Reporter: Rizka Gusti Anggraini
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...