Pengembangan Perumahan Tumbuh Pesat di Jakarta dan 34 Kota Satelit

Dimas Jarot Bayu
24 September 2018, 16:05
Perumahan
ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Pengendara motor melintas di area Perumahan Rakyat Syakira Residence, Panggungjati, Serang, Banten, Sabtu (27/1). Pemerintah melalui Kementerian PUPR tahun 2018 menyiapkan pagu anggaran Rp9,63 triliun untuk merealisasikan program pembangunan 1 juta rumah per tahun dengan sebaran 51,7 persen di wilayah Indonesia Barat dan sisanya di Indonesia Timur.

Laju pertumbuhan perumahan di Indonesia masih tinggi. Data Real Estate Indonesia (REI) menunjukkan bahwa penambahan jumlah penduduk dan meningkatnya kelas menengah membuat sektor ini terus menggeliat. Permintaan akan tempat tinggal pun makin menanjak.

Walau demikian, Ketua Umum REI Soelaeman Soemawinata mengatakan pengembangan perumahan sekarang mayoritas masih terkonsentrasi di Jakarta dan 34 kota-kota baru di kawasan satelitnya. Namun, ke depan, pengembangannya meluas seiring munculnya kota-kota baru dengan basis kekuatan ekonomi di tiap daerah.

Prospektifnya bisnis properti lantaran terhubung dengan 74 lini bisnis lainnya. Pengembangan perumahan juga mendapat dukungan dari pemerintah, mulai dari pembangunan infrastruktur, transportasi publik, hingga regulasi yang memudahkan bisnis properti di Indonesia. “Kami juga akan mendorong kebijakan di pajak, kepemilikan asing, dan sistem perbankan maupun keuangan,” kata Soelaeman Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin (24/9).

(Baca: OJK Longgarkan Ruang Gerak Pengembang Properti)

Apalagi, penduduk di Indonesia terus meningkat setiap tahun yang berarti memunculkan kebutuhan akan rumah. Saat ini, Indonesia dihuni sekitar 250 juta jiwa dengan tingkat kelahiran 1,2 persen per tahunnya. Lalu, sekitar separuh dari orang Indonesia di wilayah perkotaan, dengan 60 persen di Pulau Jawa.

Setengah dari jumlah penduduk Indonesia juga memiliki usia produktif dengan kisaran umur 30 tahun. Selain itu, hampir 50 juta penduduk Indonesia telah bergeser dari kelas bawah ke kelas menengah.

Melihat angka-anga tersebut, Soelaeman menilai peluang investor menanamkan modal pada sektor perumahan masih terbuka. Pasalnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang membutuhkan perumahan saat ini. “Kenyataan ini membuat bisnis real estat dan porperti merupakan kisah yang tak ada akhir,” kata Soelaeman.

Menurut Soelaeman, saat ini terdapat 11,4 juta kebutuhan perumahan dan akan terus bertambah setiap tahun. Hampir 4.000 anggota REI, kata dia, berfokus pada bisnis rumah terjangkau. Sementara di sektor perumahan komersial, pertumbuhannya masih tidak bergerak.

Karena itu, dia menilai kondisi ini menjadi peluang bagi investor untuk membangun properti di Indonesia. Sejauh ini, investasi properti menyumbang 24 persen penanaman modal tersier sejak 2015 hingga semester pertama 2018. Investasi properti ini didominasi oleh investor asal Asia.

(Baca juga: Pacu Penyaluran Kredit Rumah, BTN Tak Gunakan Uang Muka 0%)

Direktur Perencanaan Jasa dan Kawasan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Fritz Horas Silalahi mengatakan, realisasi investasi sektor perumahan, perkantoran, dan kawasan industri mencapai 29 persen. Ada pun, 99 persen didominasi dari real estat milik pribadi atau disewakan. Hingga semester pertama kemarin, nilai investasi perumahan mencapai Rp 43,4 triliun. Sekitar 70 persen merupakan Penanaman Modal Asing (PMA).

Sementara investasi di perhotelan dan restoran tumbuh 29 persen per tahun. Angka ini didominasi oleh hotel berbintang sebanyak 86 persen. Adapun investasi pada hotel non berbintang  9 persen dan sisanya restoran. Hingga paruh pertama tahun ini, nilai investasinya Rp 11,4 triliun. “Pertumbuhan investasi di sektor properti didorong dukungan pemerintah dalam mengembangkan zona ekonomi khusus, zona industrial, revitalisasi zona perdagangan bebas dan pelabuhan,” kata Fritz.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...