Pengusaha Minta Pengendalian Barang Impor Tak Menyasar Bahan Baku

Image title
Oleh Ekarina
16 Agustus 2018, 15:54
industri makanan dan minuman
ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Proses produksi industri makanan dan minuman di Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Rabu (13/9/2017).

(Baca : Neraca Perdagangan Juli Defisit US$ 2,03 Miliar, Terbesar Sejak 2013)

Karenanya, dia memberi beberapa catatan untuk pemerintah jika kebijakan pengendalian impor jadi dilakukan. Pertama, selektif dalam membidik komoditas impor yang diperkirakan dapat disubtitusi di dalam negeri dan pastikan produksi dalam negeri mampu mencukupi kebutuhan. Kedua, komoditas yang harganya bersaing dengan produk lokal sehingga komoditas dalam negeri nantinya bisa terserap pasar.

Ketiga, rencana pembatasan barang impor untuk proyek infrastruktur satu sisi mungkin memang dilematis, sebab hal ini berpotensi menyebabkan pembangunan proyek infrastruktur sedikit direm, namun bisa juga menjadi langkah positif untuk menyelamatkan rupiah.

"Catatan lain, mungkin juga bisa diawasi beberapa komoditas yang terindikasi kena praktik dumping seperti besi dan baja asal Tiongkok untuk dikenakan bea masuk," ujar Bhima.

Karena itu dia menilai sejumlah kebijakan dan antisipasi pemerintah dalam upaya mengendalikan defisit neraca berjalan dan mengerem laju impor sudah tepat, meskipun agak terlambat.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Juli 2018 defisit US$ 2,03 miliar. Defisit ini merupakan yang terdalam sejak Juli 2013 atau dalam 59 bulan terakhir sebesar US$ 2,30 miliar. Sektor minyak dan gas (migas) menyumbang defisit terbesar Juli 2018 yakni sekitar US$ 1,18 miliar. Sementara defisit neraca nonmigas tercatat sebesar US$ 842,2 juta.

Hingga Juli 2018, Indonesia tercatat telah mengalami lima kali defisit neraca perdagangan, yakni pada Januari, Februari, April, Mei dan Juli.

Kinerja impor periode Juli 2018 yang melesat 62,17% dengan kenaikan impor non-migas sebesar 71,54% menjadi faktor pemberat neraca perdagangan. Impor nonmigas terjadi di seluruh kelompok barang, dengan kenaikan tertinggi berada di kelompiok barang konsumsi sebesar 70%.

Adapun kinerja ekspor tak cukup mumpuni untuk mengimbangi kenaikan impor. Tercatat, total ekspor Indonesia pada Juli 2018 hanya mampu tumbuh sebesar 25,19%, sementara ekspor nonmigas tumbuh 31,18%.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...