Cek Produksi Lokal, Bulog Belum Datangkan Beras Impor Tambahan

Michael Reily
17 Mei 2018, 17:05
Budi Waseso
ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Budi Waseso saat rapat dengar pendapat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih menuturkan perhitungan impor beras semestinya mengacu pada data produksi nasional berbanding kebutuhan konsumsi . Namun dia menduga ada ketidakakuratan data produksi sehinga akhirnya memicu kebijakan penambahan impor beras.

“Tidak ada kepastian tentang data produksi kita, tapi Menteri Pertanian bilang surplus,” katanya kepada Katadata, Rabu (16/5).

Serikat Petani juga menilai program Kementerian Pertanian belum efektif dalam menjaga pasokan produksi. Sebagai contoh terkait bantuan bibit dan benih, perluasan lahan dengan cetak sawah, dan pemaksaan tanah untuk terus ditanam padi. Sistem pertanian yang bersifat memaksa untuk mengejar swasembada pangan bukan jawaban peningkatan produksi.

Henry menjelaskan jika program berhasil dan surplus beras terjadi, harga tidak akan terus melonjak. “Faktanya di lapangan produksi tidak banyak, panen juga mulai berkurang, sistem Kementerian Pertanian banyak yang gagal panen,” ujarnya.

Masalah pasokan beras yang diperkirakan semakin berkurang pasca-Lebaran juga diungkap oleh Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang, Zulkifly Rasyid.

Dia menyatakan pasokan beras untuk Ramadan dan Lebaran yang ada saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. “Belum ada jaminan produksi cukup  ke depan karena panen di daerah berangsur-angsur habis,” katanya.

Pasar Induk Beras Cipinang butuh pasokan beras minimal 3 ribu ton per hari. Jika pasokan tidak memadai, harga akan mulai merangkak naik. Sehingga, Zulkifly menilai impor beras sebenarnya masih dibutuhkan karena permintaan masyarakat masih tinggi.

Halaman:
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...