Tiga Daerah Sumbang 37,72% Ekspor Indonesia, Bagaimana Sebarannya?

Pingit Aria
20 Agustus 2020, 06:25
Pelabuhan ekspor
Katadata

Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan pada Juli surplus sebesar US 3,26 miliar. Angka itu melonjak dibandingkan bulan sebelumnya US$ 1,27 miliar.

Kenaikan surplus neraca perdagangan seiring ekspor yang menanjak dan impor yang turun dibandingkan bulan sebelumnya. Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan pelonggaran pembatasan sosial kembali mendorong permintaan.

Ekspor meningkat 14.33% pada Juli dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 13,73 miliar. Meski, angka itu turun 9,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Di sisi lain, impor turun 2,73%  dibandingkan Juni menjadi US$ 10,47 miliar. Angka itu juga anjlok 32,55% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

"Kalau kami gabungkan, maka neraca perdagangan Juli ini surplus US$ 3,26 miliar, jauh lebih besar dari surplus Juni 2020 dan juga Juli 2019 yang defisit US$ 0,28 miliar," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (18/8). 

Suhariyanto menjelaskan, tiga provinsi yang memberikan sumbangan terbesar terhadap ekspor nasional pada periode Januari–Juli tahun 2020 adalah Jawa Barat US$ 14,65 miliar (16,26%), Jawa Timur US$ 11,54 miliar (12,81%), dan Kalimantan Timur US$ 7,79 miliar (8,65%).

“Ketiganya memberikan kontribusi hingga mencapai 37,72 persen dari seluruh ekspor nasional,” kata Suhariyanto.

Sedangkan, provinsi Riau menyumbang ekspor US$ 7,20 miliar, Kepulauan Riau US$ 6,25 miliar, Banten US$ 6,08 miliar dan DKI Jakarta US$ 5,24 miliar.

Kenaikan ekspor pada bulan lalu terutama didorong oleh ekspor migas sebesar 23,77%, sedangkan ekspor nonmigas naik 13,86%. Untuk sektor nonmigas, kenaikan terjadi pada hampir seluruh sektor, kecuali pertambangan yang turun 7,83%. 

BACA JUGA

Ekspor sektor pertanian bulan ini tumbuh 24,1% didorong oleh komoditas obat aromatik dan rempah, sarang burung, kopi, sayuran dan biji kakao. Ekspor sektor industri pengolahan juga tumbuh 16,95% dibandingkan bulan sebelumnya tetapi masih turun 1,91% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penyebabnya, penurunan tajam ekspor kendaraan roda empat dan tekstil pakaian jadi. 

"Berdasarkan HS 2 digit, ekspor yang meningkat paling besar logam mulia perhiasan dan permata. Kenaikan ekspor emas sangat tinggi, apalagi dibandingkan periode yang sama tahun lalu," katanya. 

Adapun secara kumulatif, total ekspor mencapai US$ 96,09 miliar atau masih menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 98,24 miliar. Bagaimanapun, kenaikan ekspor masih terjadi untuk tujuan Amerika Serikat, Tiongkok, dan Malaysia.

BACA JUGA

Sementara penurunan impor terutama disebabkan oleh impor nonmigas yang mencapai 5,73%, sedangkan impor migas naik 41,53% akibat kenaikan harga minyak mentah. Penurunan impor terutama terjadi pada barang konsumsi yang mencapai 21,01%.

"Penurunan impor barang konsumsi terutama karena impor bawang putih sudah cukup tinggi sebelumnya. Kemudian  impor obat-obatan dari Inggris dan buah pear dari Tiongkok juga turun," ujar Suhariyanto. 

Impor bahan baku penolong turun 2,5% dibanding bulan sebelumnya, dan anjlok 34,46% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sedangkan barang modal naik 10,82% dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi masih lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan struktur impor nonmigas, bahan baku/penolong mengambil porsi 70,58%, barang modal 18,79%, dan konsumsi 10,63%. Secara kumulatif atau Januari-Juli 2020, total impor mencapai US$ 90,12 miliar, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 81,37 miliar. 

Adapun neraca perdagangan secara kumulatif Januari-Juli 2020 mencatatkan surplus sebesar US$ 8,75 miliar, jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama tahu lalu defisit US$ 2,15 miliar.

Reporter: Agatha Olivia Victoria

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...