Pandemi Ubah Perilaku Belanja: Non-Pangan E-Commerce Naik, Mal Anjlok

Image title
Oleh Ekarina
8 Oktober 2020, 19:30
Survei, Bank DBS, Pandemi Corona, Covid-19, E-Commerce, Belanja.
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nz
Penjaga toko membersihkan produk dagangannya di Plaza Indonesia, Jakarta, Selasa (24/3/2020). Tren belan produk non-pangan ke online meningkat selama pandemi corona.

Sementara itu, untuk beberapa kebutuhan harian kategori pangan dan non-pangan serta perkakas rumah tangga (produk harware) bisa dibeli melalui aplikasi Lazada. Tak hanya itu, adanya pandemi juga menjadikan perusahaan lebih menggencarkan startegi digital marketing.

"Secara rutin, kami melakukan engagement kepada pelanggan melalui akun resmi sosial media tentang promo di Instagram, Facebook hingga channel Youtube," katanya.

Pesaing Transmart di bisnis retail supermarket, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) juga melakukan hal serupa. Pemilik gerai Hypermart, Foodmart dan Primo mulai berkolaborasi dengan e-commerce untuk menggaet lebih banyak pelanggan.

Head of Public Relations Matahari, Fernando Repi mengatakan, perubahan perilaku konsumen di masa pandemi harus segera diikuti perusahaan dengan memperkuat strategi omni-channel. Pendekatan pemasaran ini mengintegrasikan banyak kanal untuk memberikan pengalaman pelanggan secara efektif.

Sebelumnya omni channel Hypermart dilakukan melalui layanan aplikasi Chat& Shop melalui Whatsapp. Dengan kolaborasi bersama Shoppe, perusahaan retail milik Lippo Group ini dapat menempatkan toko virtual Hypermart, Foodmart, Primo dan Hyfresh untuk memberikan lebih banyak akses ke pelanggan.

"Ada sekitar 23 gerai di Jabodetabek siap mendukung kerja sama ini. Ke depan, perusahaan akan menambah lebih banyak gerai secara nasional ke platform Shoppe," kata Fernando kepada katadadata.co.id.

Kendati kontribusi platform digital terhadap total penjualan saat ini masih kecil atau 12%, namun tren terjadi peningkatan. Menurutnya, pada 2019-2020, tren penjualan melalui platform digital tumbuh 8%-9%.

Pengamat pemasaran dan bisnis dari Universitas Prastiya Mulya, Agus Soehadi mengatakan kolaborasi bukanlah hal baru dalam bisnis. Konsep ini sudah banyak digunakan, sebelum pandemi Covid-19.

Namun, dia menilai kolaborasi merupaakan strategi bisnis yang tak terhindarkan saat ini. Bahkan tren bisnis ke depan akan mengarah ke strategi ini. "Kolaborasi bahkan antar pesaing dalam suatu ekosistem dimungkinkan ke depan, bahkan bisa menjadi tren bisnis sebagai upaya memenuhi konsumen demand," ujarnya kepada katadata.co.id.

Meski demikian, untuk menjalankannya menurutnya tak mudah. Sebab, ada banyak sistem yang dibangun seperti rantai pasok (suplay chain).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...