Blockchain Bantu Konsumen Akses Informasi Produk yang Transparan

Image title
24 November 2020, 17:31
produk ramah lingkungan, blockchain,
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww.
Konsumen saat belanja di sebuah supermarket di Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Minggu (7/6/2020). Di masa pandemi, konsumen semakin melek terhadap data produk yang akan dikonsumsi.

Pada 2030, targetnya Indonesia akan bebas dari deforestasi dan mengajak perusahaan untuk berkomitmen terhadap produk yang ramah lingkungan. "Saat ini sudah ada beberapa perusahaan di Indonesia seperti Unilever yang telah memastikan supply chain ramah lingkungan, sehingga dipasang label sertifikasi. Langkah ini tentu membantu konsumen,” ujar Aditya.

Head of Corporate PT Unilever Indonesia Tbk Nurdiana Darus mengatakan, guna mendukung kelestarian lingkungan, sejak berdiri Unilever telah fokus menggunakan bahan baku yang dihasilkan pertanian maupun hutan dalam mendistribusikan produknya.

Komitmen perusahaan terhadap sumber berkelanjutan juga di dukung oleh program pertanian berkelanjutan, sehingga perusahaan memiliki suistanable agriculture guna memastikan petani binaan menerapkan praktek berkelanjutan. “Kami juga bekerja sama dengan lebih dari 35.000 petani kedelai hitam, petani gula kelapa dan kelapa sawit. Unilever juga punya serangkaian program untuk petani kelapa sawit, tujuannya untuk membantu mereka mendapat sertifikasi RSPO,” ujar Nurdiana.

Beberapa produk Unilever menggunakan botol plastik daur ulang seperti Sunlight, Rinso cair dan kecap Bango. Dalam proses distribusi, Unilever turut bekerja sama dengan mitra logistik untuk melakukan perencanaan dari rute pengiriman, mempertimbangkan faktor beban angkut, serta memanfaatkan peluang transportasi umum seperti kereta api. "Tujuannya untuk menghindari polusi akibat kemacetan lalu lintas," kata Nurdiana

Salah satu konsumen yang meminimalkan sampah, Andhini Miranda, menyebutkan peran pemerintah turut dibutuhkan dalam mendukung program keberlanjutan. Apalagi saat ini Indonesia belum memiliki tata kelola sampah yang ideal.

Dia menyarankan agar pemerintah mengeluarkan regulasi sehingga konsumen beralih ke produk ramah lingkungan dan menerapkan sistem manajemen sampah yang lebih baik. “Tata kelola sampah di kita itu masih sebatas dikumpul, diangkut, lalu dibuang," kata Andhini. 

Dia mengatakan para pelaku daur ulang pun tak bisa menyerahkan semua sampahnya untuk didaur ulang. "Masih ada kemasan yang tidak bisa di daur ulang,” kata Andhini.

Oleh sebabnya, ia meminta konsumen untuk lebih bijak dalam memilih produk. Dia menekankan, agar konsumen menghindari produk sekali pakai dengan menggunakan alternatif lain, seperti menggunakan wadah khusus untuk makan maupun berbelanja.

Halaman:
Reporter: Annisa Rizky Fadila
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...