Gandeng Maskapai Malaysia, Batik Air Kejar Pasar Rute Internasional
Batik Air bakal fokus menyasar pasar internasional dan kelas premium, setelah menjalin kerja sama dengan maskapai asal Malaysia. Pada akhir April ini, Lion Air Group kerja sama dengan Malindo Airways Sdn. Bhd, sehingga maskapai yang berbasis di Malaysia, berganti nama menjadi Batik Air.
CEO Batik Air Capt. Mushafiz Bin Mustafa Bakri mengatakan The Civil Aviation Authority of Malaysia atau Otoritas Penerbangan Sipil Malaysia (CAAM) telah memberikan Sertifikat Operator Udara (AOC) baru kepada Malindo untuk melakukan bisnis sebagai Batik Air berlaku mulai 28 April 2022.
Mushafiz mengatakan, persetujuan ini membuat Batik Air memiliki kekuatan dan menawarkan kemudahan kepada penumpang dengan memanfaatkan Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) sebagai bandar udara transit untuk penerbangan maskapai Lion Air Group.
"Dengan program rebranding dan pembukaan penerbangan kembali di kawasan ini, kami sangat senang menjawab peluang yang diberikan kepada kami untuk potensi pertumbuhan maskapai kami dengan merek baru. Optimis kami akan menawarkan layanan lebih segar dan baru," kata Mushafiz, dalam siaran pers, yang dikutip Kamis (5/5).
Program Batik Air menyasar rute internasional dan kelas premium secara bertahap. Batik Air akan menambah sejumlah pesawat generasi terbaru dan modern seri Boeing 737 untuk menawarkan layanan “full service airlines” ke seluruh jaringan domestik dan internasional.
Corporate Communications Strategic of Batik Air, Danang Mandala Prihantoro, mengatakan program rute internasional bersama Batik Air di Malaysia (rebranding Malindo Air) melalui konsep penerbangan interline (saling terhubung) sehingga para penumpang dapat terbang ke rute-rute maskapai mitra.
Rute dari Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) akan semakin luas, antara lain Alor Setar, Amritsar, Bengaluru, Chennai, Chiang Mai, Colombo, Delhi, Dhaka, Hanoi, Ho Chi Minh City, Kathmandu, Kochi, Lahore, Mumbai, Phnom Penh, Trichy, Trivandrum, Yangon dan kota tujuan lain di berbagai penjuru dunia.
Selain itu perusahaan mempersiapkan dan menempatkan Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali (DPS) menjadi penghubung utama (hub) untuk jaringan internasional ke berbagai negara. Antara lain, Australia (Perth, Melbourne, Brisbane, Adelaide, Sydney, Auckland, Canberra), Selandia Baru, Asia Timur (Republik Rakyat Cina, Taiwan, Hongkong, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan, Mongolia).
Kemudian, Asia Tenggara (Thailand, Malaysia, Filipina, Myanmar, Singapura, Brunei Darusalam, Vietnam, Loas), Asia Selatan (Bangladesh, Bhutan, India, Maladewa, Nepal, Pakistan, Sri Lanka), Timur Tengah dan negara lain.
Batik Air memprediksi dan optimistis mulai semester kedua 2022 dan seterusnya rute internasional akan menunjukkan peluang pasar dengan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi. "Relaksasi (pelonggaran) pembatasan secara progresif memberikan dorongan yang sangat dibutuhkan untuk prospek perjalanan internasional," kata Danang.
Danang juga menjelaskan kebutuhan transportasi udara di segmen layanan penuh atau premium service airlines akan semakin terbuka di masa mendatang. Batik Air melihat pelaku bisnis dan wisatawan dengan sosial ekonomi status level menengah dan atas rute domestik dan internasional akan meningkat kembali. Untuk kelas ini, diperkirakan mencapai rata-rata 85% - 90% dari sisi tingkat keterisian penumpang per penerbangan.