Setelah Asia Tenggara, Kalbe Farma Bidik Pasar Timur Tengah dan Afrika

Andi M. Arief
19 Mei 2022, 15:04
Menteri Riset dan Teknologi yang juga Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro (kedua kiri) bersama Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius (kanan) mendengarkan penjelasan pegawai saat meninjau fasilitas "Research and
ANTARA FOTO/Risky Andrianto
Menteri Riset dan Teknologi yang juga Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro (kedua kiri) bersama Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius (kanan) mendengarkan penjelasan pegawai saat meninjau fasilitas "Research and Development (R&D) PT Kalbio Global Medika, di Cikarang, Jawa Barat, Jumat (31/1/2020).

Selain Asia Tenggara, Vidjongtius menyebutkan beberapa pasar potensial di Timur Tengah, seperti Uni Emirat Arab (UAE). Menurutnya, penjualan Hydro Coco di cukup digemari masyarakat  UAE. 

"Sambil kami mengembangkan di negara-negara Afrika. Kami ada Afrika Selatan dan Nigeria yang potensi sekali dengan produk-produk yang sesuai dengan kepunyaan Kalbe," kata Vidjongtius. 

Sebelumnya, Direktur Kalbe International Pte. Ltd., Michael Bujung, mengatakan Filipina adalah salah satu negara yang memiliki potensi sangat besar bagi pengembangan produk-produk Kalbe. "Kalbe International merasa perlu untuk memperkuat posisi Kalbe International di pasar produk kesehatan Filipina, khususnya produk non obat resep," ungkapnya. 

Dalam menjalankan operasional perusahaan ini, Kalbe International akan bertanggung jawab terhadap jalannya operasional perusahaan joint venture tersebut. Sedangkan Eccosential Food Corp, akan memberikan strategic oversight supports, local market know-how, networking, dan infrastruktur yang diperlukan oleh perusahaan joint venture ini.

Industri kimia, farmasi, dan obat tradisional justru melaju di masa pandemi Covid-19. Permintaan obat-obatan, terutama vaksin dan obat tradisional untuk menjaga kesehatan tubuh meningkat di masa pandemi membuat industri ini justru mencapai level tertingginya dalam 9 tahun terakhir.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan produk domestik (PDB) sub sektor industri kimia, farmasi dan obat tradisional atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp339,18 triliun pada 2021. Nilai tersebut porsinya mencapai 11,51% dari PDB industri pengolahan nonmigas nasional yang mencapai Rp2,95 kuadriliun.

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...