Industri Tekstil Tumbuh Lampaui Ekspektasi, Produk Impor Mengancam

Andi M. Arief
31 Mei 2022, 18:15
pertumbuhan industri tekstil
ANTARA FOTO/Fauzan/hp.
Seorang pedagang menata kain tekstil dagangannya di Cipadu, Kota Tangerang, Banten, Selasa (22/2/2022).

Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) mencatat pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) tumbuh 12,45% secara tahunan pada kuartal I 2022.

Angka ini lebih tinggi dari prognosis Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pada pertumbuhan industri pakaian jadi sebesar 10,44% maupun industri tekstil sebesar 0,95%.

Ketua Umum APSyFI Redma Gita Wirawasta mengatakan pertumbuhan pada kuartal I-2022 didorong oleh penjualan dalam negeri akibat Ramadan 2022. Namun demikian, Redma menilai pertumbuhan tersebut berpotensi tidak berlanjut pada kuartal II-2022.

"Kami sangat mengkhawatirkan kinerja sektor ini di kuartal II-2022 dan seterusnya, terlebih ada tekanan dari sisi biaya yaitu kenaikan bahan baku, kenaikan tarif listrik dan kenaikan PPN," kata Redma dalam keterangan resmi, Selasa (31/5).

Redma mengatakan hal tersebut diperburuk dengan dibukanya keran impor tekstil untuk importir umum atau API-U. Menurutnya, langkah ini aneh lantaran pabrikan tekstil nasional telah membuktikan dapat memasok kebutuhan industri hilir TPT sejak medio 2021.

Selain itu, lanjut Redma, pelaku industri tekstil telah melakukan investasi untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Salah satu pertimbangan investasi tersebut adalah pembatasan impor pada industri TPT. Maka dari itu, Redma berpendapat ada lobi oleh importir tekstil kepada pemerintah terkait pembukaan keran impor tekstil.

"Impor sih boleh-boleh saja, tapi jangan hancurkan industri dalam negeri, suplai dalam negeri kan sudah terbukti mencukupi, kenapa harus impor?," kata dia.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat Ian Syarif mengatakan TPT impor yang ada di pasar luring maupun daring tidak dikenakan Pajak Perambahan Nilai (PPn). Alhasil, harga TPT impor lebih murah daripada TPT lokal.

Ian berharap agar pemerintah meningkatkan pengawasan terhadap importasi produk TPT ke dalam negeri. Hal ini dinilai penting agar produk lokal dapat berkompetisi dengan adil terhadap TPT impor. “Bagaimana bisa kami menaikan harga jual kalau banyak barang impor yang jual tanpa PPN,” kata Ian.

Badan Pusat Statistik (BPS) mendata industri pakaian jadi dan tekstil nasional mengalami kontraksi sedalam 4,08% pada 2021 secara tahunan. Sementara itu, performa industri TPT anjlok 8,8% pada 2020.

Artinya, industri TPT mengalami penurunan performa dalam 2 tahun secara beruntun. Kemenperin mendata utilisasi pada industri tekstil hanya 69,4% pada 2021, sedangkan industri pakaian jadi di level 74,4%.

Pada 2022, Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki, Elis Masitoh meramalkan industri tekstil dapat tumbuh 2,31% sedangkan industri pakaian jadi naik 5,84%. Puncak pertumbuhan industri pakaian jadi dinilai akan terjadi pada kuartal I-2022 sebesar 10,44%, sedangkan industri tekstil akan terjadi pada kuartal III-2022 sebesar 5,88%.

Pertumbuhan terbesar diproyeksi terjadi pada industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki yang mencapai 6,38%. Proyeksi pertumbuhan tersebut bahkan lebih besar dari pertumbuhan industri makanan sebesar 5,74%.

Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...