Nilai Impor Logam Mulia dan Perhiasan Rekor US$ 545 Juta per September
Badan Pusat Statistik mencatat nilai impor nonmigas, untuk logam mulia dan perhiasan/permata mengalami kenaikan lebih dari 50 % per September 2022 dibandingkan bulan sebelumnya. Alhasil nilai impor komoditas tersebut menyentuh level tertinggi, yakni US$ 544,94 juta dalam setahun terakhir.
Berdasarkan data paparan BPS, Senin (17/10), impor logam mulia dan perhiasan/permata naik US$ 182,5 juta per September 2022 atau sekitar 50,4 % dibandingkan bulan sebelumnya. Di mana, impor komoditas tersebut per Agustus 2022 berada di level US$ 362,4 juta.
Sementara itu, jika membandingkan nilai impor logam mulia dan perhiasan/permata dalam setahun terakhir, kenaikannya mencapai 80,94 % atau sebanyak US$ 253,43 juta. Di mana impor logam mulia dan perhiasan/permata pada September 2021 tercatat hanya US$ 291,51 juta.
Keterangan | Nilai (US$ Juta) | ||||||||
month on month (mom) | year to date (ytd) | year on year (yoy) | |||||||
Impor Logam Mulia dan Perhiasan/Permata | Agustus 2022 | September 2022 | % | Januari 2022 | September 2022 | % | September 2021 | September 2022 | % |
362,41 | 544,94 | 50,4 | 155,71 | 544,94 | 249,97 | 291,51 | 544,94 | 86,94 |
Ekonom Makro Ekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky mengatakan aktivitas impor secara keseluruhan diprediksi relatif masih akan melambat, dan turun hingga akhir 2022. Hal tersebut disebabkan depresiasi nilai tukar rupiah yang terus berlanjut terhadap dollar AS, sehingga membuat biaya untuk mengimpor semakin tinggi.
Dia juga menilai, peningkatan impor perhiasan dan logam mulia yang terjadi pada September 2022 diperkirakan karena banyak masyarakat yang berinvestasi.
“Secara konseptual, harusnya saat risiko impor perhiasan dan logam mulia meningkat, maka kemudian investasinya akan beralih ke arah perhiasan. Jadi ini menjadi salah satu pendorong kenapa impor emas ini menjadi meningkat,” ujar Teuku kepada Katadata.co.id, Selasa (18/10).
Di sisi lain, secara keseluruhan, nilai impor Indonesia per September 2022 mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor pada September 2022 sebesar US$ 19,81 miliar atau turun 10,58 %.
Sementara itu, BPS mencatat untuk impor seperti bahan baku, konsumsi, dan barang modal juga mengalami penurunan yang cukup signifikan. Untuk impor bahan baku turun 11,07 %, impor konsumsi mencapai turun 14,13 %, dan impor barang modal turun 6,39 %.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan impor nonmigas masih menunjukkan peningkatan 21,68 % per September 2022, menjadi US$ 148,44 miliar secara year on year (yoy).
Ada pun share impor nonmigas terbesar berasal dari impor mesin peralatan mekanik dan bagiannya, serta mesin perlengkapan elektrik dan bagiannya. “Untuk mesin peralatan mekanik dan bagiannya atau HS 84 ini nilainya US$ 23,21 miliar atau share-nya 15,63 %. Kemudian mesin terlengkap elektrik dan bagiannya atau HS 85 nilainya US$ 20 miliar dengan share sebesar 13,47 %,” ujar Setianto, kemarin.
Teuku memperkirakan untuk beberapa bulan ke depan, tren penurunan impor akan terus berlanjut. Namun, penurunan tersebut tidak begitu berdampak pada pelambatan industri, sehingga masih akan bertumbuh normal
“Nampaknya beberapa bulan ke depan (penurunan impor) masih akan berlanjut. Namun industri domestik tetap akan tumbuh, hanya bahan bakunya lebih mahal. Apakah akan melambat? tergantung demand produk industri ke depannya,”ujar Teuku.