Produksi Karet Lokal Merosot, Impor untuk Industri Melonjak Tajam
Hingga Triwulan III-2022, impor alam berupa cup lump ini telah naik 22% dibandingkan total impor 2021 atau sebesar 53,4 ribu ton.
Oleh sebab itu, ia mengatakan, Kementerian Perindustrian berupaya untuk mendongkrak harga karet. Salah satunya kesepakatan pengurangan ekspor Agreed Export Tonnage Scheme atau AETS yang dilakukan oleh tiga negara produsen utama karet alam, yaitu Indonesia, Thailand dan Malaysia. Tiga negara tersebut tergabung dalam International Tripartite Rubber Council atau ITRC.
"Pengurangan ekspor tersebut hanya bersifat sementara sebagai stimulan menuju keseimbangan supply-demand agar berdampak positif bagi perbaikan harga karet alam,” ujat Putu.
Upaya lainnya yaitu optimalisasi penggunaan karet dalam negeri melalui Demand Promotion Scheme atau DPS. Kebijakan tersebut bertujuan untuk meningkatkan penyerapan karet alam di dalam negeri sekaligus menekan impor barang jadi karet.
Dengan DPS, pemerintah telah mengembangkan aspal karet untuk infrastruktur jalan di daerah produsen karet sejak 2016. Namun sayangnnya implementasi aspal karet masih jauh dari yang diharapkan sehingga dampaknya tidak terlalu besar untuk peningkatan penyerapan karet alam secara nasional.