Daya Beli Cina Lesu, Sektor Manufaktur Masih Terkontraksi

Andi M. Arief
1 November 2023, 14:53
china, cina, manufaktur, sektor manufaktur. daya beli
123RF.com/Liu Fuyu
Ilustrasi. Sektor manufaktur Tiongkok telah mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut sejak bulan Maret.

Pabrik-pabrik di Tiongkok mengalami kontraksi atau penurunan produksi seiring melemahnya permintaan. Biro Statistik Cina mencatat, Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur turun menjadi 49,5 pada Oktober dibandingkan 50,2 pada September.

Capain PMI Manufaktur tersebut meleset dari perkiraan 50,2 dari jajak pendapat analis Reuters. PMI adalah indikator aktivitas ekonomi bulanan. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi, sedangkan angka di bawah angka tersebut menunjukkan kontraksi.

PMI non-manufaktur, yang mencakup industri jasa dan konstruksi, turun menjadi 50,6 pada bulan ini. Ini merupakan level terendah sejak Tiongkok mencabut pembatasan Covid-19 pada Desember 2022.

BPS Cina mencatat, hari kerja yang lebih sedikit pada Oktober karena libur Golden Week, yang berlangsung dari tanggal 29 September hingga 6 Oktober turut mempengaruhi PMI manufaktur. Namun kontraksi ini juga menunjukkan rapuhnya perekonomian negara terbesar kedua di dunia ini. 

Perekonomian Tiongkok sedang bergulat dengan tantangan yang semakin besar, mulai dari lemahnya belanja konsumen dan krisis properti yang semakin parah hingga melemahnya permintaan global.

Sektor manufaktur Tiongkok telah mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut sejak bulan Maret.  Sektor tersebut menyumbang 28% produk domestik bruto negara tersebut. 

“Penurunan PMI manufaktur yang tidak terduga menunjukkan pemulihan di Tiongkok merupakan jalan yang sulit karena permintaan domestik masih cukup lemah,” kata Zhiwei Zhang, presiden dan kepala ekonom Pinpoint Asset Management.

Survei Biro Statistik Tiongkok menunjukkan bahwa pesanan pabrik baru menurun pada Oktober dibandingkan bulan sebelumnya, yang menunjukkan penurunan permintaan. Sub-indeks ketenagakerjaan juga turun, menunjukkan bahwa pabrik-pabrik mempekerjakan lebih sedikit pekerja.

Beijing telah meningkatkan langkah-langkah stimulus dalam beberapa pekan terakhir. Badan tertinggi parlemen Tiongkok menyetujui penerbitan obligasi negara senilai 1 triliun yuan atau US$137 miliar pada pekan lalu untuk merangsang perekonomian. Pihak berwenang mengatakan, penerbitan tersebut ditujukan untuk proyek infrastruktur di wilayah yang terkena bencana di negara tersebut.

Langkah-langkah pelonggaran properti juga sedang dilakukan secara nasional. Semakin banyak kota, termasuk Hangzhou dan Liuzhou, yang telah melonggarkan pembatasan pembelian rumah dalam beberapa pekan terakhir.

Presiden Xi Jinping pada Senin (30/1) memulai pertemuan kebijakan keuangan penting di Beijing, pertemuan pertama dalam enam tahun terakhir untuk mencari cara memacu pertumbuhan dan mengatasi risiko keuangan, termasuk meningkatnya utang di antara pemerintah daerah.

“Pemerintah daerah perlu mengkombinasikan kebijakan fiskal yang proaktif dan kebijakan moneter yang akomodatif di masa depan,” kata Zhaopeng Xing, ahli strategi senior Tiongkok di ANZ Research, dalam laporan penelitiannya pada hari Selasa.

Dia memperkirakan Bank Sentral Tiongkok akan memotong rasio persyaratan cadangan sebesar 50 basis poin pada kuartal keempat. Kebijakan ini dapat menyuntikkan 1,2 triliun yuan  atau setara Rp 2.400 triliun ke dalam sistem keuangan Cina.

Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...