Harga Minyak Dunia Turun, Tertekan Ekonomi Cina dan Kebijakan The Fed

Mela Syaharani
17 April 2024, 09:37
Aktivitas Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memprediksi Indonesian Crude Price (ICP) masih akan mengalami kenaikan sepanjang t
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Aktivitas Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memprediksi Indonesian Crude Price (ICP) masih akan mengalami kenaikan sepanjang tahun ini bahkan bisa mencapai 50 persen dari level 2021, dimana harga minyak dunia saat ini sudah mencapai sekitar 120 dolar Amerika per barel yang disebabkan konflik di Rusia dan Ukraina.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Harga minyak dunia turun pada awal perdagangan pada Rabu (17/4). Hal ini disebabkan kekhawatiran pasar akan dampak pelemahan ekonomi Cina dan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed yang masih mempertahankan suku bunga.

Dua faktor tersebut menjadi perhatian pasar dibandingkan kekhawatiran akan ketersediaan pasokan minyak akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Kekhawatiran itu pun turut memberi sentimen terhadap harga minyak.

Tercatat harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni turun tipis 7 sen, atau 0,1%, menjadi US$ 89,16 per barel pada 00.42 GMT. Sementara minyak mentah WTI AS untuk pengiriman Mei turun 10 sen, atau 0,1%, menjadi US$ 85,26 per barel.

"Kekhawatiran akan permintaan meningkat karena ekspektasi bahwa penurunan suku bunga AS kemungkinan akan tertunda dan data ekonomi Cina juga lebih lemah dari perkiraan," kata Presiden Nissan Securities Trading, Hiroyuki Kikukawa dikutip dari Reuters pada Rabu (17/4).

Hiroyuki mengatakan, harga minyak naik sampai minggu lalu, karena kekhawatiran terhadap ketersediaan pasokan minyak akibat konflik Israel - Iran. “Agresi Iran yang relatif terkendali belum memberikan dasar untuk melakukan aksi beli [minyak]," ujarnya.

Dengan kondisi itu, Hiroyuki memperkirakan harga mintak mentah WTI akan diperdagangkan sekitar US$ 83 - US$ 88 per barel tanpa adanya perkembangan baru.

The Fed dan Ekonomi Cina Pengaruhi Harga Minyak Dunia

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan, serangkaian data menunjukkan bahwa inflasi AS lebih kuat dari perkiraan, sehingga The Fed akan membutuhkan lebih banyak waktu dari yang diperkirakan, bahwa inflasi bisa sesuai sasaran di level 2%.

Cina merupakan negara importir minyak terbesar di dunia dan ekonomi mereka tumbuh lebih cepat dari yang diharapkan pada kuartal pertama. Namun beberapa indikator termasuk investasi properti, penjualan ritel, dan output industri, menunjukkan permintaan dalam negeri masih lemah. Hal ini membebani momentum secara keseluruhan.

Sementara di Timur Tengah, pertemuan ketiga kabinet perang Israel yang dijadwalkan pada Selasa (16/4) lalu telah memutuskan tanggapan terhadap serangan Iran. Sebab negara - negara sekutu Barat mengincar sanksi-sanksi baru yang cepat terhadap Teheran untuk membantu mencegah aksi Israel dari eskalasi yang lebih besar.

Para analis mengatakan, serangan rudal dan pesawat tak berawak Iran ke Israel tidak mungkin mendorong sanksi dramatis terhadap ekspor minyak Iran dari pemerintahan Biden. Sebab, kekhawatiran tersebut akan meningkatkan harga minyak dan membuat marah Cina, sebagai pengimpor terbesar. 

Sementara itu, persediaan minyak mentah AS naik minggu lalu lebih dari yang diperkirakan oleh para analis berdasarkan survei Reuters. Akan tetapi, sejumlah sumber pasar dari data dari American Petroleum Institute menyatakan stok bensin dan hasil penyulingan turun.

Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...