Menko Airlangga: Manufaktur RI Ekspansif Meski Ekonomi Global Melambat
Sektor manufaktur Indonesia masih berada pada tingkat yang ekspansif meskipun aktivitas manufaktur global mengalami perlambatan. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
“Skor Purchasing Managers’ Index manufaktur Indonesia masih berada di atas 52,9, lebih baik dibandingkan Cina yang sebesar 51,4 dan Malaysia (49,0),” kata Airlangga, dikutip dari Antara, Sabtu (11/5).
Indeks PMI manufaktur, adalah indikator ekonomi yang mengukur kinerja sektor manufaktur dalam suatu perekonomian yang diperoleh dari survei. Ini memberikan insight tentang arah tren ekonomi yang berlaku di bidang manufaktur, dengan mensurvei manajer pembelian di berbagai perusahaan manufaktur.
PMI didasarkan pada survei bulanan tentang berbagai aspek bisnis, seperti pesanan baru, tingkat produksi, lapangan kerja, pengiriman pemasok, dan inventaris. PMI di atas 50 menunjukkan ekspansi, sedangkan angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi. Semakin tinggi PMI maka semakin cepat laju ekspansinya, begitu pula sebaliknya.
Menko Airlangga menjelaskan, tren positif yang dialami Indonesia juga dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang tercatat sebesar 5,11% year-on-year (yoy) pada kuartal I 2024. Ini melampaui pertumbuhan kuartal sebelumnya, yang sebesar 5,03% yoy.
"Angka 5,11% itu relatif tinggi, yang berhasil dicapai karena Idul Fitri dan Pemilu. Boleh dikatakan pemilihan umum tahun ini mendorong peningkatan konsumsi dalam negeri," ujarnya.
Selain itu, ia juga menyoroti perkembangan positif lainnya bagi perekonomian Indonesia, dengan menyebutkan jumlah penduduk bekerja pada tahun ini meningkat 3,5 juta menjadi 142,18 juta jiwa.
"Sementara, jumlah penduduk yang menganggur tercatat sebanyak 7,2 juta jiwa, turun 800.000 jiwa dibandingkan akhir tahun 2023. Pekerja formal mencapai 40,8% dari total penduduk bekerja. Ini lebih tinggi dibandingkan Februari 2023,” kata Menko Airlangga.