Bulog Kantongi Komitmen Impor Beras dari Vietnam hingga Thailand
Perum Bulog menyatakan telah mendapatkan komitmen volume impor beras hingga akhir tahun. Total beras yang telah diimpor secara tahun berjalan sekitar 2 juta ton dari kuota impor beras 1,6 juta ton pada tahun ini.
Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan impor beras tersebut mayoritas berasal dari Asia Tenggara, yakni Vietnam dan Thailand. Dia juga mengaku telah mendapatkan komitmen impor beras dari Pakistan.
"Kalau butuh, tinggal ambil karena saya sudah punya stand by supplier. Belum ada tanda tangan kontrak jual-beli, tapi sudah ada komitmen," kata Bayu di Gedung DPR, Jakarta, Senin (10/6).
Oleh karena itu, negara pemasok dapat melaporkan jika pasokan yang dijanjikan tidak tersedia. Sebab, Bulog tidak dapat melakukan lindung nilai atau membeli beras tersebut saat ini dan dikirimkan saat dibutuhkan.
Bayu menjelaskan total komitmen beras impor yang didapatkan Bulog mencapai 1,6 juta ton. Untuk diketahui, produksi beras nasional tahun ini akan turun 5 juta ton menjadi sekitar 26 juta ton.
Defisit Neraca Produksi Beras
Berdasarkan data Bapanas, volume produksi beras pada paruh pertama tahun ini mencapai 16,49 juta ton. Angka tersebut telah lebih rendah 2,15 juta ton atau 11,53% dari capaian Januari-Juni 2023 sejumlah 18,64 juta ton.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi memaparkan defisit neraca produksi beras akan minus sekitar 570.000 ton pada bulan ini. Sebab, produksi beras diperkirakan susut 43,85% secara bulanan menjadi 2,01 juta ton, sedangkan volume naik 10.000 ton menjadi 2,58 juta ton.
"Kalau melihat grafik dan pole, produksi beras tahun ini agak berat. Berdasarkan diskusi kami dengan Menteri Pertanian, produksi beras diproyeksikan turun sekitar 5 juta ton tahun ini," kata Arief.
Walau demikian, Arief mengaku belum berencana menambah kuota impor beras tahun ini yang mencapai 3,6 juta ton. Arief mengatakan akan terus mendorong ketersediaan beras dari dalam negeri pada paruh kedua tahun ini.
Menurutnya, importasi beras hanya akan memindahkan nilai industri beras yang seharusnya dinikmati di dalam negeri ke petani asing hingga Rp 30 triliun. Selain itu, sumber beras impor dinilai semakin sulit dengan melemahnya nilai tukar rupiah menjadi Rp 16.300 per dolar Amerika Serikat (AS).
Harga Beras akan Naik
Oleh karena itu, Bapanas memproyeksikan harga beras akan naik pada kuartal ketiga tahun ini. Neraca produksi beras nasional akan kembali defisit mulai Agustus-September 2024.
"Pada semester kedua tahun ini produksi pasti di bawah konsumsi, sehingga akan ada perebutan gabah oleh penggilingan padi dan memicu harga beras naik akhir tahun ini," katanya.
Perebutan harga gabah di tingkat petani akan mendorong kenaikan harga gabah. Ia memperkirakan kenaikan harga akan terjadi secepatnya pada Agustus 2024.
Berdasarkan data Bapanas, rata-rata nasional harga beras premium naik 14,07% pada Desember 2023 menjadi Rp 14.990 per kilogram. Kemudian rata-rata nasional harga beras medium naik 14,19% menjadi Rp 13.190 per kilogram.