RI Terancam Defisit Beras hingga Akhir 2024, Pemerintah Diminta Buka Keran Impor

Andi M. Arief
24 Oktober 2024, 12:39
beras
ANTARA FOTO/Mega Tokan/sgd/Spt.
Pedagang beras menyiapkan dagangannya di Pasar Oesapa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu (18/9/2024). Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Timur mencatat pada Agustus 2024 terjadi inflasi year on year (y-on-y) sebesar 1,22 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebasar 105,09.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Badan Pangan Nasional (Bapanas) memproyeksi neraca produksi beras bakal konsisten defisit sepanjang kuartal IV 2024. Dengan begitu, neraca produksi pada tahun ini diperkirakan bakal berakhir defisit, atau pertama kali sejak surplus 2019.

Secara rinci, total defisit neraca produksi beras pada Oktober-November 2024 mencapai 2,36 juta ton. Sebab, produksi pada tiga bulan tersebut hanya mencapai 5,4  juta ton, sedangkan volume konsumsi naik 1,04% secara tahunan menjadi 7,76 juta ton.

Secara agregat, volume produksi beras pada 2024 susut 2,44% secara tahunan menjadi 30,34 juta ton. Pada saat yang sama, volume konsumsi naik 1,01% secara tahunan menjadi 30,92 juta ton.

Dengan demikian, neraca produksi beras sepanjang tahun ini diperkirakan bakal minus hingga 590.000 ton. Angka tersebut lebih rendah 222,92% dari realisasi neraca produksi pada 2023 sebanyak 480.000 ton.

Diminta Percepat Impor Beras 

Oleh karena itu, mantan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menyarankan agar pemerintah mempercepat penugasan impor beras pada tahun depan. Karena stok terakhir Bulog pada akhir tahun ini diproyeksi hanya 1,5 juta ton akibat penyaluran bantuan pangan.

Bayu menyebut cadangan beras pemerintah saat ini mencapai 1,35 juta ton. Angka tersebut akan bertambah menjadi 2,45 juta ton akibat kedatangan beras impor sebanyak 900.000 ton hingga akhir 2024. 

Pada saat yang sama, Bulog menargetkan serapan beras lokal pada Agustus-Oktober 2024 sebanyak 200.000 ton. Namun Bulog akan menyalurkan bantuan pangan pada Oktober dan Desember 2024 dengan total 900.000 ton.

"Untuk mengantisipasi defisit 3 juta ton pada Januari-Februari 2025, kami sangat berharap penugasan penambahan stok sudah diberikan lebih awal," kata Bayu dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR, Rabu (4/9).

Bayu mengatakan, penugasan impor beras tahun depan yang lebih cepat dapat mempersiapkan Bulog menghadapi defisit neraca produksi Januari-Februari 2025. Permintaan beras pada Maret 2025 diproyeksikan akan meningkat lantaran ramadan akan jatuh pada akhir kuartal pertama 2025. 

Kondisi tersebut, menurut Bayu, diperburuk dengan masuknya masa paceklik produksi beras pada November 2024 hingga Februari 2025. Sebab, musim penghujan diperkirakan bergeser dari September 2024 menjadi akhir Oktober 2024. Alhasil, masa panen bergeser dari Desember 2024 menjadi Januari 2025.

Di sisi lain, Kementerian Pertanian mencatat ada peningkatan produksi beras secara tahunan pada September-November 2024 mencapai 780.000 ton. Alhasil, neraca produksi beras nasional pada Januari-November 2024 berhasil bertahan di posisi surplus.

Sekretaris Jenderal Kementan Prihasto Setyanto menyatakan peningkatan produksi beras disebabkan oleh pompanisasi dan ekstensifikasi lahan sawah. Menurutnya, kedua program tersebut membuat adanya tren peningkatan produksi beras di dalam negeri.

Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...