Pemerintah Segera Buka Keran Impor Sapi Hidup dari Brasil Demi Genjot Populasi
Pemerintah akan segera membuka keran impor sapi hidup dari Brasil yang masih dilarang karena negara tersebut masih masuk dalam daftar bahaya Penyakit Mulut dan Kuku oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia. Presiden Prabowo Subianto dikabarkan telah meneken revisi kedua Peraturan Pemerintah Nomoe 4 Tahun 2016, yang antara lain mengatur larangan impor itu.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Agung Suganda mengaku belum dapat memastikan jadwal penerbitan revisi PP No. 4 Tahun 2016. Namun, Agung memastikan Kepala Negara telah mengkaji draf revisi tersebut sejak awal bulan lalu.
"Kami masih menunggu penerbitan dan pengundangan revisi PP No. 4 Tahun 2016. Namun, kami dapat informasi presiden sudah menyetujui revisi tersebut lantaran kami sudah memasukkan draf sebelum kunjungan kerja luar negeri presiden," kata Agung di Jakarta Selatan, Kamis (5/12).
PP Nomor 4 Tahun 2016 melarang impor ternak hidup dari negara yang tidak dinilai sehat oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia atau WOAH. Penandatangan sapi hidup dari Brasil tidak dimungkinkan mengingat Negeri Samba masih masuk dalam daftar bahaya Penyakit Mulut dan Kuku yang dirilis WOAH.
Agung menjelaskan, kasus PMK sudah lama tidak terjadi di Brasil. Namun, Agung mengakui tidak semua wilayah di Negeri Amazon itu memiliki ternak yang bebas dari PMK tanpa suntik vaksin.
Karena itu, Agung mengatakan importasi sapi hidup dari Brasil nantinya hanya berasal dari wilayah yang bebas PMK tanpa harus menggunakan vaksin. Ia pun memastikan, sapi yang nantinya diimpor dari Brasil tidak akan mengganggu industri peternakan sapi nasional.
Agung menyampaikan, revisi kedua PP No. 4 Tahun 2016 merupakan bagian upaya menggenjot jumlah sapi hidup di dalam negeri. Badan Pusat Statistik mendata, populasi sapi ternak di dalam negeri baru mencapai 18,1 juta ekor pada 2022.
Jumlah sapi potong mencapai 17,6 juta ekor, sedangkan sapi perah sejumlah 507.075 ekor. Agung menghitung butuh tambahan populasi sapi ternak hingga 2 juta ekor untuk mencapai swasembada daging sapi dan susu sapi pada 2029.
Ia menilai, volume impor sapi hidup dari Brasil akan lebih banyak mengingat iklim Indonesia dan Brasil tropis. Selain itu, Agung menyampaikan volume sapi hidup akan bertambah dari Selandia Baru mengingat karena akan dapat dikirim via laut.
"Sejauh ini daging sapi dari Selandia Baru masih dikirim via udara. Kami sedang meminta parlemen Selandia Baru untuk bisa mengirim ternak hidup melalui kapal laut," katanya.
Agung sebelumnya berencana mendatangkan 1 juta ekor sapi perah dari Brasil hingga 2029. Menurutnya, seluruh sapi impor tersebut akan didatangkan oleh pihak swasta.
Mayoritas sapi perah impor saat ini berasal dari Australia. Namun, Agung mencatat Australia hanya mampu mengapalkan sekitar 100.000 ekor sapi perah per tahun ke dalam negeri.