Bapanas Tetapkan Standar Gabah Baru, Targetkan Serapan 3 Juta Ton Beras Petani
Badan Pangan Nasional (Bapanas) menerbitkan standar baru untuk menyerap beras produksi petani selama panen raya tahun ini. Pemerintah menargetkan Perum Bulog mampu menyerap hingga 3 juta ton beras lokal pada 2025, meningkat 136,81% dibanding realisasi tahun lalu sebesar 1,26 juta ton.
Tantangan utama dalam penyerapan Gabah Kering Panen (GKP) lokal selama ini adalah kualitas gabah yang tidak sesuai dengan standar Bulog, yaitu kadar air maksimal 25% dan kadar hampa maksimal 10%.
Untuk mengatasi masalah ini, Bapanas menerbitkan Surat Keputusan (SK) Kepala Bapanas No. 2 Tahun 2025, yang menurunkan standar kualitas menjadi kadar air hingga 30% dan kadar hampa hingga 15%.
“Beleid ini memberikan ruang bagi gabah di luar standar kualitas Bulog untuk tetap dapat diserap,” ujar Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Bapanas, Maino Dwi Hartono, dalam konferensi pers virtual, Senin (13/1).
Harga Pembelian Pemerintah Naik
Dalam beleid tersebut, harga pembelian GKP dengan kualitas kadar air 30% dan kadar hampa 15% ditetapkan minimal Rp 5.750 per kilogram, sementara Gabah Kering Giling (GKG) dengan kualitas serupa dihargai Rp 5.950 per kilogram.
Adapun harga GKP dengan standar utama Bulog dinaikkan dari Rp 6.000 menjadi Rp 6.500 per kilogram dan berlaku efektif Rabu (15/1). Sementara GKG naik menjadi Rp 6.700 per kilogram.
Maino mengatakan, harga tersebut hanya berlaku bagi gabah yang sesuai standar utama Bulog. Untuk beras dengan kualitas derajat sosoh minimal 100%, kadar air maksimal 14%, butir patah maksimal 25%, dan butir menir maksimal 2%, Bulog membeli dengan harga Rp 12.000 per kilogram.
Meski demikian, harga Beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) di tingkat gudang Bulog tetap Rp 11.000 per kilogram, dengan harga maksimal hingga konsumen sebesar Rp 12.500 per kilogram.
Target Penyerapan Bulog
Kepala Divisi Hubungan Kelembagaan Bulog, Epi Sulandari, menyampaikan bahwa Bulog manargetkan penyerapan gabah sebesar 2,4 juta ton tahun ini, terdiri dari 1,2 juta ton GKP dan 1,41 juta ton GKG.
Dari jumlah tersebut, diproyeksikan akan diserap menjadi 1,5 juta ton beras. Mayoritas penyerapan, yaitu sekitar 80% dari target 2,4 juta ton, akan dilakukan pada Maret-April 2025.
Pada periode yang sama tahun lalu, penyerapan beras lokal mencapai 618.849 ton, setara 48,85% dari total realisasi 2024.
"Kami selalu berkoordinasi dengan Bapanas maupun Kementerian Pertanian jika ada harga gabah di bawah HPP. Jika demikian, kami akan secara cepat memerintahkan kantor wilayah cabang untuk melakukan penyerapan," kata Epi.
Produksi Beras Nasional
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mencatat produksi beras nasional pada Januari-Februari 2025 meningkat 45,13% dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai 3,28 juta ton. Meski demikian, defisit produksi masih terjadi dengan kebutuhan nasional mencapai 1,9 juta ton pada periode tersebut.
Volume Produksi beras nasional pada Januari diperkirakan naik 37,93% menjadi 1,2 juta ton, sedangkan Februari diperkirakan naik hampir 50% menjadi 2,08 juta ton.
"Karena itu, kami mendapat kesan bahwa akan ada produksi di atas 3 juta ton selama panen raya tahun ini," kata Arief dalam Rapat Koordinasi Pangan di Jawa Timur, Selasa (7/1).
Masa panen raya ini akan terjadi pada Maret-Mei 2025. Bapanasa mencatat, volume produksi beras pada panen raya tahun lalu mencapai 12,52 juta ton atau 41,17% dari total produksi beras 2024.
Arief menilai kesiapan BUMN di bidang pangan menjadi hal penting selama panen raya tahun ini, terutama dalam hal fasilitas pengeringan dan pergudangan. Proses pengeringan gabah diperlukan agar gabah dapat melalui tahap penggilingan hingga menjadi beras yang siap dikonsumsi oleh masyarakat.