Sering Viral Petani Buang Hasil Panen, Makan Bergizi Gratis Disebut Jadi Solusi

Ringkasan
- Program Makan Bergizi Gratis menjadi solusi bagi petani yang kesulitan mencari pasar, terutama akibat harga murah dan permintaan yang turun.
- Badan Gizi Nasional sebagai pelaksana program akan menargetkan 82,9 juta penerima hingga 2027, membuka kesempatan besar bagi petani untuk menjual hasil panen mereka.
- Petani dapat berkolaborasi dengan Badan Gizi Nasional untuk memenuhi kebutuhan bahan baku program Makan Bergizi Gratis, sehingga hasil panen mereka terserap dan berkontribusi pada kesejahteraan desa.

Makan Bergizi Gratis dinilai bisa menjadi solusi atas tantangan petani mencari pasar. Terlebih lagi, selama ini beberapa kali viral petani membuang hasil panen karena permintaan turun dan harga murah.
“Dulu banyak petani membuang cabai atau yang lainnya. Kini, Presiden Prabowo Subianto menjamin akan dibeli pemerintah lewat Badan Gizi Nasional,” kata Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dalam acara Agrinnovation Conference yang ditayangkan melalui YouTube, Jumat (22/2).
Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana menjelaskan program Makan Bergizi Gratis saat ini memiliki 576 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi atau SPPG. Jumlahnya akan bertambah 300 menjadi 876 pada Senin (24/2).
Sebanyak 876 SPPG itu akan melayani 2,5 juta penerima program Makan Bergizi Gratis di 38 provinsi.
Sementara itu, pemerintah menargetkan 82,9 juta penerima per 2027. Jika terpenuhi, maka kebutuhan bahan untuk program Makan Bergizi Gratis yakni 200 kilogram atau kg beras, 350 kg daging ayam, tiga ribu telur, 300 kg sayuran, dan 300 sampai 500 liter susu per hari.
“Kami keluarkan Rp 1,2 triliun per hari. Off taker untuk produk pertanian di Indonesia, sebentar lagi, adalah Badan Gizi Nasional. Satu-satunya pelayanan yang melayani tiga ribu anak di satu tempat,” kata Dadan dalam sesi yang sama.
“Saat ini, Indonesia surplus telur 200 ribu ton dan daging ayam 600 ribu ton per tahun, karena yang mampu membeli hanya 30% penduduk Indonesia. Badan Gizi Nasional akan menyerap kelebihan ini dan mengirimkannya kepada yang membutuhkan,” Dadan menambahkan.
Ia menyebutkan satu desa bisa menerima Rp 8 miliar – Rp 10 miliar untuk program Makan Bergizi Gratis. Sebanyak 85% di antaranya mengalir ke SPPG, yang 95% di antaranya untuk membeli bahan baku.
“Jadi petani sekarang ada yang menyerap produknya,” ujar Dadan. “Yang terpenting, para pemuda menghasilkan pangan berbasis sumber daya alam lokal. Yang selama ini kesulitan mencari pasar, kini lahan menganggur bisa dioptimalkan.”
Pada acara yang sama namun sesi berbeda, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Rachmat Pambudi menyampaikan Badan Gizi Nasional kini mempunyai kemampuan untuk mengambil hasil tani.
“Program Makan Bergizi Gratis adalah awal terjadinya hilirisasi dan agroindustri. Pada saat yang sama, akan lahir petani dan wirausaha baru yang bakal mengubah lanskap pasar kerja ke depan, dimulai dengan pemuda tani,” kata Rachmat.
Ia mendorong petani, khususnya yang muda, bekerja sama dengan Badan Gizi Nasional supaya bisa mengoptimalkan produksi dan menjualnya untuk kebutuhan program Makan Bergizi Gratis.