Imbas Perang Dagang, Industri Furnitur Diproyeksi Anjlok


Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia atau HIMKI menyatakan implementasi penambahan tarif sebesar 32% di Amerika Serikat akan menekan utilisasi hingga 20%. Namun, kondisi tersebut bisa lebih buruk jika pemerintah menghapus kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri atau TKDN.
Seperti diketahui, pemerintah sejauh ini menetapkan pengadaan barang untuk keperluan negara minimal memiliki TKDN sebesar 40%. Ketua Umum HIMKI, Abdul Sobur, mengatakan kapasitas produksi industri furnitur dapat makin anjlok setelah furnitur impor membanjiri pasar domestik jika kebijakan TKDN dihapuskan.
"Kebijakan TKDN memberikan peluang besar bagi produsen furnitur lokal untuk berkembang. Penghapusan TKDN dikhawatirkan mengurangi permintaan produk lokal dan menghambat pertumbuhan industri mebel dan kerajinan nasional," kata Sobur kepada Katadata.co.id, Selasa (15/4).
Di samping itu, Sobur berpendapat penghapusan TKDN akan berdampak negatif terhadap daya saing produk lokal di pasar ekspor. Oleh karena itu, Sobur mendorong implementasi solusi yang seimbang dibandingkan menghapus kebijakan TKDN dalam negosiasi tarif bersama pemerintah Amerika Serikat.
Sobur mengakui Amerika Serikat merupakan pasar ekspor utama industri furnitur nasional. Sebab, Negeri Paman Sam merupakan pasar ekspor terbesar industri furnitur nasional sekitar US$ 2 miliar atau hingga 53,8% dari total.
Sobur mencatat permintaan ekspor terbesar selanjutnya datang dari Eropa sekitar US$ 800 juta atau 32% dari total nilai ekspor furnitur. Oleh karena itu, Sobur menilai industri furnitur nasional sulit memindahkan permintan dari Amerika Serikat ke negara lain.
Peluang Pasar Amerika
Di sisi lain, Sobur menilai implementasi peningkatan tarif di Amerika Serikat kepada 57 negara dapat menjadi peluang bagi industri furnitur nasional. Sejauh ini, Indonesia baru menduduki posisi keenam dalam peringkat pemasok furnitur ke Negeri Hollywood.
Sobur mencatat pemasok furnitur utama ke Amerika Serikat adalah Cina. Posisi tersebut diikuti oleh Vietnam, Kanada, Meksiko, Malaysia, sebelum akhirnya Indonesia. Sobur optimistis industri furnitur nasional dapat mengisi kekosongan permintaan dari Cina akibat peningkatan tarif tersebut.
Dia menilai pesaing utama industri furnitur nasional dalam mengisi pasar Amerika Serikat pada masa depan adalah Vietnam. Sobur memproyeksikan produsen furnitur asal Cina meningkatkan investasi di Vietnam jika tidak ada perubahan dalam kebijakan tarif di Amerika Serikat.
Sobur mendata perang dagang Cina-Amerika Serikat yang dimulai pada 2018 membuat 600 produsen furnitur asal Cina merelokasi pabriknya ke Negeri Naga Biru. Menurutnya, angka tersebut dapat naik menjadi 1.200 pabrik furnitur jika Amerika Serikat tetap mengenakan tarif pada produk Cina sebesar 54%.
Oleh karena itu, Sobur menekankan strategi pemerintah dalam negosiasi penurunan tarif dengan Amerika Serikat menjadi sangat penting. Sobur mendorong pemerintah menggunakan pendekatan progresif dalam negosiasi yang akan dimulai lusa, Kamis (17/4).
"Kalau perlu Presiden Prabowo langsung menemui Presiden Amerika Serikat Donald J Trump untuk menghilangkan tarif bagi produk Indonesia untuk masuk ke sana. Indonesia bukan ancaman, tapi mitra strategis jangka panjang bagi Amerika Serikat," katanya.