Walmart & Apple Dijarah, Bisnis Retail AS Makin Terpuruk saat Pandemi

Sorta Tobing
2 Juni 2020, 17:47
george floyd, amerika serikat, kerusuhan di as, walmart, apple, demonstrasi as
ANTARA FOTO/REUTERS/Jonathan Drake/aww/cf
Warga membakar barang-barang yang dijarah dari CVS Pharmacy saat unjuk rasa di seluruh negeri menyusul kematian George Floyd saat ditahan oleh polisi Minneapolis, di Raleigh, North Carolina, Amerika Serikat, Sabtu (30/5/2020).

Eksekutif Starbucks sampai membuat forum bagi para karyawannya untuk membicarakan masalah dan perasaan mereka terkait kematian Floyd. Pemimpin senior Best Buy pun menulis catatan yang berisi komitmen pada tujuan keragaman dan inklusi di perusahaan.

(Baca: Hasil Otopsi: George Floyd Tewas akibat Sesak Napas dan Pembunuhan)

MINNEAPOLIS-POLICE
Pengunjuk rasa meletakkan bunga mengenang kematian warga kulit hitam AS bernama George Floyd. (ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria/foc/cf)

Kerusuhan di AS Dipicu Faktor Ekonomi?

Tak hanya peretail barang-barang kebutuhan pokok. Para perusuh juga mengambil kesempatan untuk menjarah barang-barang mewah atau high-end.

Pada hari Sabtu sampai Minggu lalu, jalan raya Atlantic Avenue, Brooklyn, New York, penuh pecahan kaca. Dinding di sepanjang jalan dihiasi coretan para demonstran. Di lingkungan elite Fifth Avenue, toko retail Kate Spade, Tory Burch, dan Victoria Secret jendelanya telah hancur berkeping-keping.

Lalu, di bagian barat AS, pemandangannya tak jauh berbeda. South China Morning Post menuliskan jendela dan dinding toko-toko barang mewah, seperti Hermes, Fendi, Dolce & Gabbana, dan Tiffany di Rodeo Drive penuh coretan bertuliskan pesan-pesan para demonstran, termasuk “living in hell” dan “eat the rich”.

Tak jauh dari jalan yang menjadi surga belanja para wisatan itu, terdapat Melrose Avenue. Di sini para perusuh memecahkan jendela hingga menjarah toko, termasuk Adidas.

(Baca: Kematian George Floyd & Data Pembunuhan Kulit Hitam oleh Polisi di AS)

Namun, beberapa para pemilik toko yang terkena dampak penjarahan ini justru tidak mengutuk perbuatan tersebut. “Jangan biarkan mereka meyakinkan Anda bahwa pecahan kaca atau properti adalah kekerasan. Properti dapat diganti, kehidupan manusia tidak bisa,” kata desainer Marc Jacobs, melalui akun Twitter-nya.  

Sejarawan University California, Los Angeles, Robin Kelley mengatakan penjarahan seringkali merupakan hasil dari orang-orang mengambil keuntungan dari momen kekacauan. “Terutama ketika mereka menderita secara ekonomi,” ucapnya kepada Washington Post.

Hal serupa juga terjadi ketika kerusuhan hebat terjadi di AS pada akhir 1960an dan awal 1970an. Sekarang pandemi Covid-19 dan sebanyak 40 juta orang mengajukan pengangguran, Kelley tidak terkejut hal serupa terulang lagi. “Kita sedang menghadapi krisis ekonomi,” katanya.

Profesor sosilogi Stanford University, Matthew Clair, tak sepakat memakai istilah penjarahan untuk perisitwa yang terjadi sepekan terakhir di AS. Pasalnya, pemicu protes adalah pembunuhan George Floyd. “Protes seperti ini sering diperlukan untuk membawa perubahan sosial yang positif dan transformatif,” ujar Clair.

(Baca: Dituduh Dalang Kerusuhan dan Dicap Teroris oleh Trump, Apa itu Antifa?)

Sebagian pebisnis retail dapat mengandalkan asuransi untuk kerusakan yang terjadi, menurut analis bisnis retail Forrester Sucharita Kodali. Dampak penjualan pun tidak terlalu signifikan karena di tengah pandemi memang sedikit sekali orang berbelanja di toko.

Dampak kerusakan tidak terlalu besar bagi perusahaan selevel Apple dan Target. Kemampuan mereka untuk memperbaiki toko sangat tinggi. Tapi bagi peretail kecil, uang asuransinya tak akan cukup untuk bertahan hidup di tengah pandemi dan kerusuhan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...