Kuasai Afghanistan, Taliban Kendalikan Sumber Daya Mineral Rp 14.000 T

Happy Fajrian
19 Agustus 2021, 09:19
afghanistan, taliban
Wikipedia
Ilustrasi batu mineral.

Badan Energi Internasional (EIA) pada Mei menyebutkan bahwa pasokan global lithium, tembaga, nikel, kobalt, dan elemen tanah jarang harus meningkat tajam atau dunia akan gagal mengatasi krisis iklim.

Saat ini Tiongkok, Kongo, dan Australia, menyumbang 75% pasokan global lithium, kobalt, dan elemen tanah jarang. Menurut IEA, rata-rata mobil listrik membutuhkan mineral enam kali lebih banyak daripada mobil konvensional.

Lithium, nikel dan kobalt sangat penting untuk baterai. Jaringan listrik juga membutuhkan tembaga dan aluminium dalam jumlah besar, sementara elemen tanah jarang digunakan dalam magnet yang dibutuhkan untuk membuat turbin angin bekerja.

Dalam laporan Bank Dunia, disebutkan bahwa banyak negara dengan pemerintahan yang lemah menderita “kutukan sumber daya”, di mana upaya untuk mengeksploitasi sumber daya alam gagal memberikan manfaat bagi perekonomian. Afghanistan salah satunya, meskipun memiliki kekayaan mineral yang sangat menjanjikan.

LITHIUM-CONFERENCE
Mineral Lithium (ANTARA FOTO/REUTERS/Patrick T. Fall)

"Jika Afghanistan tenang dalam beberapa tahun dan memungkinkan pengembangan sumber daya mineralnya, negara ini akan menjadi salah satu negara terkaya di kawasan dalam satu dekade," kata Mirzad dari Survei Geologi AS kepada majalah Science pada 2010.

Faktanya, ketenangan itu tidak pernah terwujud, dan sebagian besar kekayaan mineral Afghanistan tetap berada di dalam tanah. Meskipun ada sejumlah upaya untuk mengekstraksi emas, tembaga, dan besi, eksploitasi lithium dan mineral tanah jarang membutuhkan investasi, pengetahuan teknis yang lebih besar, dan waktu.

IEA memperkirakan bahwa butuh rata-rata 16 tahun dari penemuan deposit untuk menjadi tambang yang mulai berproduksi. Saat ini eksploitasi mineral di Afghanistan hanya menghasilkan sekitar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun per tahun.

Menurut rekan senior nonresiden di Dewan Atlantik dan mantan direktur Timur Tengah dan Asia Tengah IMF, Mosin Khan, hasil eksploitasi tersebut 30-40% dikorupsi dan diambil oleh panglima perang Taliban yang memimpin proyek pertambangan kecil.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...