Amerika, Jepang, Korsel Bertemu Bahas Senjata Nuklir Korea Utara
Amerika Serikat (AS), Korea Selatan (Korsel) dan Jepang berencana mengadakan pertemuan di Tokyo pekan depan untuk membahas negosiasi denuklirisasi di Semenanjung Korea, serta tentang dugaan penculikan warga Jepang oleh Korea Utara (Korut).
Ketiga negara tengah mencari cara untuk memecahkan kebuntuan dengan Korea Utara mengenai senjata nuklir dan program rudal balistik Korut yang telah memicu sanksi internasional kepada negara yang dipimpin Kim Jong-Un itu.
“Perwakilan khusus Seoul untuk urusan perdamaian dan keamanan semenanjung Korea, Noh Kyu-duk, akan melakukan perjalanan ke Jepang pada Minggu untuk kunjungan tiga hari,” kata Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters, Sabtu (11/9).
Selama di sana, ia akan bertemu dengan utusan AS untuk Korut Sung Kim, dan Direktur Jenderal Biro Urusan Asia dan Oseania Kementerian Luar Negeri Jepang, Takehiro Funakoshi. Mereka akan membahas masalah nuklir Korut serta potensi kerja sama ketiga negara.
“Ketiga negara diharapkan untuk melakukan diskusi mendalam tentang cara-cara untuk mempromosikan kerja sama untuk mengelola situasi Semenanjung Korea secara stabil dan melanjutkan proses perdamaian semenanjung pada tanggal awal,” tulis pernyataan Kemenlu Korsel.
Sementara itu Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa Sung Kim akan melakukan perjalanan ke Tokyo dari 13-15 September dan akan membahas komitmen AS untuk denuklirisasi lengkap Semenanjung Korea dan masalah warga Jepang yang diculik oleh Korut.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengatakan akan mengeksplorasi diplomasi untuk mencapai denuklirisasi Korea Utara, tetapi tidak menunjukkan kesediaan untuk meringankan sanksi.
Selama kunjungan ke Seoul pada bulan Agustus, Sung Kim mengatakan dia siap untuk bertemu dengan pejabat Korea Utara "di mana saja, kapan saja".
Pyongyang juga mengatakan terbuka untuk diplomasi, tetapi tidak melihat tanda-tanda perubahan kebijakan dari AS terkait sanksi dan latihan militer bersama dengan Korsel.
Menurut laporan PBB, Korut diyakini telah memulai kembali program nuklirnya. Menurut pemantauan satelit, komplek nuklir Yongbyon di Korut telah membuang air pendingin reaktor sejak Juli 2021.
Ini menjadi tanda pertama yang mengindikasikan aktivitas pengembangan nuklir di Korut sudah dihidupkan untuk pertama kalinya sejak Desember 2018, atau hanya beberapa bulan setelah pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Korut Kim Jong-un di Singapura.
Dunia internasional mengandalkan pemantauan satelit lantaran Korut telah mengusir badan pengawas PBB di bidang nuklir, International Atomic Energy Agency (IAEA) sejak 2009.
Komplek nuklir Yongbyon memiliki reaktor berkapasitas 5 megawatt (MW) merupakan jantung program nuklir Korut. Komplek ini menjadi fokus pengawasan para ahli terkait kapasitas senjata yang dapat dihasilkan.
IAEA juga memberikan rincian lebih lanjut tentang laboratorium radiokimia di kompleks tersebut, yang memproses ulang bahan bakar nuklir bekas. Badan tersebut melaporkan bahwa laboratorium tersebut telah beroperasi pada Juni.
Laporan terbaru mengatakan bahwa laboratorium telah beroperasi selama lima bulan menjelang Juli 2021, menunjukkan bahwa ia menangani satu paket penuh bahan bakar bekas.