Pemrednya Raih Nobel Perdamaian, Ini Sepak Terjang Novaya Gazeta

Rezza Aji Pratama
9 Oktober 2021, 13:16
Nobel perdamaian
Katadata
Maria Ressa dan Dmitry Muratov. Dok: Komite Nobel

Pembunuhan Baburova nyatanya tidak mengendurkan semangat Novaya Gazeta. Pada 2015, koran ini menurunkan investigasi keterlibatan Kremlin dalam pembunuhan Boris Nemtsov. Ini bukan perkara sembarangan. Nemtsov merupakan salah satu pemimpin oposisi Vladimir Putin. Ia ditembak tepat di tengah pusat Kota Moskow pada Februari 2015. Sejumlah pelaku akhirnya ditangkap, tetapi tidak ada tokoh penting yang diusut.

Novaya Gazeta memang tidak pernah kekurangan reporter jempolan. Sepeninggal Anna Politkovskaya, kini giliran Elena Milashima yang aktif membongkar kasus-kasus penting di Chechnya. Tak pelak, reporter Novaya Gazeta ini juga tidak jarang menerima ancaman pembunuhan.

Yablokov menuturkan Dmitry Muratov adalah orang yang unik. Ia tak segan punya pendapat berbeda meskipun tahu risikonya. Aksinya tentu saja membuatnya banyak punya musuh orang-orang kuat. Namun di sisi lain, Muratov juga menjalin koneksi kuat dengan para politisi, penegak hukum, dan miliarder Rusia. Kendati demikian, oposisi garis keras Rusia juga kerap menyudutkannya. “Ia dianggap telah menjual jiwanya ke Kremlin,” ujar Yablokov.

Muratov juga sosok yang rendah hati. Saat tahu ia meraih hadiah Nobel, Muratov justru merasa ada orang lain yang lebih berhak menerimanya. “Kalau saya jadi Komite Nobel, saya akan memberikannya kepada orang lain. Itu adalah Aleksei Navalny,” ujarnya, dalam konferensi pers.

Aleksei Navalny memang salah satu kandidat kuat peraih Nobel Perdamaian tahun ini. Navalny merupakan tokoh oposisi Rusia paling berpengaruh. Ia dikenal sebagai sosok aktivis yang banyak membongkar praktik korupsi Vladimir Putin dan para koleganya. Pada Agustus 2020, Navalny diracun hingga dirawat di rumah sakit di Jerman. Aksi ini diduga keras dilakukan oleh intelijen Rusia. Ia memutuskan kembali ke negaranya pada Januari 2021 dan langsung ditangkap saat baru mendarat di Moskow.

Keputusan Komite Nobel akhirnya memang memilih Dmitry Muratov dan Maria Ressa, dua jurnalis pemberani yang menjadi garda terdepan pembela kebebasan berpendapat. "Mereka merepresentasikan para jurnalis di berbagai belahan dunia yang menghadapi tantangan berat,” ujar Ketua Komite Nobel Berit Reiss-Andersen, Jumat (8/10).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...