Israel Selidiki Peluru yang Tewaskan Wartawan Al Jazeera

Aryo Widhy Wicaksono
3 Juli 2022, 21:40
Feisal Omar Seorang jurnalis membawa plakat dengan gambar wartawan Al Jazeera Shireen Abu Akleh, yang tewas saat serangan Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat area Jenin, ditengah aksi protes di Mogadishu, Somalia, Jumat (13/5/2022).
ANTARA FOTO/REUTERS/Feisal Omar/FOC/dj
Feisal Omar Seorang jurnalis membawa plakat dengan gambar wartawan Al Jazeera Shireen Abu Akleh, yang tewas saat serangan Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat area Jenin, ditengah aksi protes di Mogadishu, Somalia, Jumat (13/5/2022).

Khatib sebelumnya mengatakan bahwa wartawan itu dibunuh peluru penusuk lapis baja 5,56 mm dengan komponen baja. Abu Akleh mengenakan helm dan rompi pelindung bertanda kata “Press”, yang berarti wartawan, ketika dia ditembak pada bagian kepala.

Hasil investigasi New York Times juga menyatakan bahwa peluru yang menewaskan Abu Akleh, diperkirakan berasal dari lokasi konvoi militer Israel pagi itu. Kemungkinan besar oleh seorang tentara dari unit elit. Hasil investigasi tersebut menguatkan laporan saksi mata dari tempat kejadian.

Sebelumnya para pejabat militer Israel menjelaskan, bahwa kepastian mengenai sumber arah tembakan hanya mungkin terungkap jika Otoritas Palestina, menyerahkan peluru yang diambil dari tubuh Abu Akleh.

Tindakan ini akan memberikan tentara Israel untuk mencocokkan senapan yang digunakan pagi itu penembak jitu Israel.

AS telah mendesak otoritas Palestia untuk membagikan hasil investigasinya dengan Israel untuk menjelaskan insiden tersebut. Dalam sebuah surat publik pada awal Juni, kelompok bipartisan yang terdiri dari 25 anggota parlemen AS mendesak Menteri Luar Negeri Antony Blinken untuk menekan otoritas Palestina agar melepaskan peluru tersebut.

Perselisihan antara Palestina dan Israel sudah berlangsung sejak lama. Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), sampai sekarang Israel terus berupaya mengusir warga Palestina dari wilayah Tepi Barat, dengan menghancurkan bangunan dan kawasan permukiman di wilayah tersebut.

OCHA mencatat selama periode 2009-2022 ada 12.383 orang penduduk Palestina di wilayah Tepi Barat yang terpaksa pindah rumah atau mengungsi demi menghindari serangan dan ancaman Israel.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...