Kunjungi Arab Saudi, Xi Jinping Dorong Penggunaan Yuan untuk Migas
Dalam upaya mendongkrak peran yuan di pasar energi global, Presiden Cina Xi Jinping mengatakan kepada para pemimpin Arab pada Jumat (9/12), bahwa China lebih memilih untuk membeli minyak dan gas (migas) dalam mata uang Cina, yakni Yuan.
Mengutip wionews.com, Minggu (11/12), Cina mendesak negara-negara Arab untuk menggunakan Yuan, demi mencapai ambisinya membangun mata uangnya di pasar internasional. Tujuannya, untuk melemahkan dominasi mata uang Amerika Serikat (AS) pada perdagangan dunia.
Xi Jinping dilaporkan baru saja menyelesaikan kunjungan kenegaraan ke Arab Saudi, di mana kedua negara sepakat untuk bekerja sama dalam masalah kepentingan bersama. Ini adalah kunjungan ketiga Xi ke luar Tiongkok sejak pandemi Covid-19 dimulai pada akhir 2019.
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menjadi tuan rumah dua KTT Arab di hadapan pemimpin Cina. KTT tersebut menegaskan ambisi Arab Saudi untuk menjalin kemitraan di luar hubungan dekat dengan Barat.
Kunjungan Xi Jinping dilakukan pada saat hubungan antara Arab Saudi dan AS merenggang, di mana AS kerap mengkritik Arab Saudi atas berbagai masalah, di antaranya hak asasi manusia, kebijakan energi, dan dukungan tidak langsung ke Rusia.
Dampak besar akan ditimbulkan jika negara-negara seperti Cina dan Arab Saudi meninggalkan dolar AS, terutama dalam perdagangan minyak. Beberapa ahli mengatakan, kemungkinan ini bisa terjadi, karena Arab Saudi sendiri telah menunjukkan sinyal tersebut ketika AS berencana membawa anggota-anggota OPEC ke tuntutan hukum anti monopoli.
Para ahli telah mencatat, bahwa AS harus waspada atas meningkatnya pengaruh Cina di semenanjung Arab. Selama kunjungan Xi Jinping, kedua negara sepakat untuk memperdalam hubungan ekonomi mereka.
Residen Senior Institut Negara Teluk Arab di Washington Robert Mogielnicki mengatakan kepada Reuters, bahwa kekhawatiran energi akan tetap menjadi perhatian AS terkait hubungan negara-negara Arab dengan Cina.
"Pemerintah Cina dan Arab Saudi akan berupaya mendukung sektor swasta lainnya selain energi untuk bergerak maju dengan kesepakatan perdagangan dan investasi. Akan ada lebih banyak kerja sama di sisi teknologi juga, yang pastinya akan memicu kekhawatiran Washington," kata Mogielnicki.
Mengutip Reuters, Sabtu (10/12), Arab Saudi merupakan pemasok minyak utama ke Cina, dan kedua negara menegaskan kembali dalam pernyataan bersama, terkait pentingnya stabilitas pasar global dan kolaborasi energi, sambil berusaha meningkatkan perdagangan non-minyak dan meningkatkan kerja sama dalam tenaga nuklir.
Xi Jinping mengatakan, Beijing akan terus mengimpor minyak dalam jumlah besar dari negara-negara Arab dan memperluas impor gas alam cair. Ia menambahkan, bahwa negara-negara Arab adalah mitra yang akan bekerja sama lebih jauh dalam pengembangan minyak dan gas.
Cina juga akan memanfaatkan sepenuhnya Shanghai Petroleum and National Gas Exchange sebagai platform untuk melakukan penyelesaian perdagangan minyak dan gas dengan yuan. Beijing sebelumnya juga telah melobi untuk penggunaan mata uang yuan dalam perdagangan, bukan dolar AS.
Sumber Reuters menyebutkan, bahwa keputusan untuk menjual sejumlah kecil minyak dalam yuan ke Cina dapat masuk akal untuk membayar impor China secara langsung. Meski demikian, hal ini belum memungkinkan untuk dilakukan dalam jangka pendek.