McD Malaysia Gugat Gerakan Boikot Israel BDS, Minta Ganti Rugi Rp 20 M
Dampak boikot juga dirasakan oleh restoran-restoran cepat saji di Indonesia yang masuk dalam daftar. Ardi -bukan nama sebenarnya-, yang bekerja sebagai karyawan paruh waktu di salah satu restoran cepat saji yang masuk daftar boikot mengaku mengalami pengurangan jam kerja. Kini, ia hanya mendapatkan jadwal kerja 2-3 hari dalam sepekan. "Sebelum boikot, saya bisa dapat jadwal kerja 5-6 hari dalam sepekan," ujarnya kepada Katadata.co.id.
Penghasilan yang diterima pun turun drastis. Sebelum boikot, ia sedikitnya dapat mengantongi Rp 3,5 juta dalam satu bulan. "Sekarang sebulan enggak ada Rp 2 juta," katanya. Ia bercerita dalam satu gerai tempatnya bekerja, sekitar seperlima adalah pegawai paruh waktu. Semua bernasib sama seperti dirinya.
"Yang kita kerjakan juga lebih sedikit meskipun sebenarnya jumlah pekerja yang masuk dalam satu shift sekarang jauh berkurang," ujarnya.
PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) yang mengoperasikan gerai waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC) dan Taco Bell sebelumnya juga mengungkapkan aksi boikot terhadap produk-produk yang diduga terafiliasi atau mendukung Israel membuat perseroan mengalami penurunan penjualan dan transaksi bisnis. Namun, manajemen tidak menyebut secara detail berapa besar nilai penurunan penjualan dan transaksi tersebut.
Dampak serupa juga dirasakan PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) selaku pemegang hak waralaba Pizza Hut. Direktur PZZA Boy Ardhitya Lukito menilai pemerintah terlambat hadir untuk mengklarifikasi tuduhan masyarakat dengan kondisi sebenarnya. Isu boikot akhirnya menjadi bola liar dan merugikan para pelaku usaha yang memegang merek-merek luar negeri. "
Bukan cuma Pizza Hut, tapi semua industri semua brand luar negeri di industri makanan dam minuman juga yang di industri barang konsumsi sehari-hari atau fast moving consumer goods yang juga menjadi terimbas," ujar Boy seperti dikutip dari keterbukaan informasi pada Selasa (12/12).