Hidroponik sebagai Solusi Bercocok Tanam di Lahan Sempit
Budidaya tanaman di rumah beberapa waktu terakhir tengah menjadi kegemaran banyak orang. Selain tanaman hias, komoditas sayuran juga menjadi pilihan untuk ditanam di rumah. Bagi Anda yang ingin berkebun di rumah namun tidak memiliki lahan yang luas, tak perlu risau. Sebab Anda dapat memilih bercocok tanam di lahan sempit (urban farming). Pilihan urban farming sangat beragam, hidroponik salah satunya.
Mengutip Jurnal Pengabdian LPPM Untag 2(2), dari hidroponik berasal dari bahasa latin “hydro” yang berarti air dan “ponos” artinya kerja. Sehingga definisi hidroponik yaitu sebuah metode cocok tanam tanpa menggunakan tanah namun menggunakan larutan mineral bernutrisi atau bahan lain yang mengandung unsur hara.
Dalam Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian kepada Masyarakat 2(3), juga dijelaskan bahwa hidroponik adalah metode budidaya tanaman tanda menggunakan tanah namun menggunakan larutan mineral yang mengandung nutrisi.
Untuk mempraktikan metode budidaya ini ada beberapa hal yang harus diketahui. Berikut ini hal-hal penting yang harus dipahami sebelum menerapkan sistem hidroponik.
Jenis-jenis Hidroponik
Mungkin sebagian besar diantara kita mengenal hidroponik dalam bentuk pipa susun yang lubangi lalu ditanami sayuran. Namun sebenarnya jenis hidroponik sangat beragam.
Mengutip dari buku “Budidaya Sayuran Hidroponik (Bertanam Tanpa Media Tanah)” dan buku “Dasar-dasar Bertanam Secara Hidroponik”, berikut ini beberapa jenis hidroponik yang paling umum digunakan.
1. Wick System
Wick system dikenal juga dengan sebutan hidroponik sederhana karena dibuat menggunakan bahan yang mudah dan murah. Hidroponik jenis ini dibuat dari sumbu yang menghubungkan pot tanaman dengan media larutan nutrisi.
Anda juga bisa menggunakan botol air mineral bekas yang dibagi menjadi dua sebagai pot. Sumbu yang digunakan bisa menggunakan sumbu kompor minyak yang harganya sangat terjangkau.
2. Nutrien Film Technique (NFT)
Ciri NFT yaitu larutan nurtisi mengalir terus menerus mengenai akar tanaman menggunakan pipa PVC dengan bantuan pompa yang menerapkan teknik resirkulasi.
3. Deep Water Culture (DWC)
Deep water culture akan membuat tanaman mengapung di larutan nutrisi dan akar tanaman terendam terus menerus. Pada teknik ini pompa hanya digunakan untuk menghasilkan oksigen dalam larutan nutrisi tersebut.
4. Drip System
Jenis hirdoponik yang satu ini membutuhkan dua buah kontainer yang terpisah yaitu ada bagian atas dan bawah. Kontainer atas digunakan untuk tempat tanaman sedangkan bagian bawah digunakan untuk tempat larutan nutrisi.
Sistem kerjanya, larutan nutrisi akan dipompa ke atas dan menyiram tanaman. Sisa larutan kemudian turun ke kontainer bawah melalui media tanam dan akar tanaman.
5. Ebb and Flow Systems (Food and Drain System)
Sama seperti drip system, jenis yang satu ini juga membutuhkan dua kontainer dengan fungsi yang berbeda. Kontainer pertama digunakan sebagai pot yang berisi substrat sedangkan kontainer bagian bawah digunakan sebagai tempat nutrisi.
Pemberian nustrisi pada sistem ini menggunakan sistem pasang surut sehingga ada dua fase yaitu fase pasang dan surut. Saat fase pasang tanaman dibanjiri larutan nutrisi. Sedangkan pada fase surut tanaman tidak diberi nutrisi atau nutrisi dikurangi.
Sistem seperti ini dilakukan dengan bantuan pompa air yang dibenamkan dalam larutan nurtisi dan dihubungkan dengan pengatur waktu. Timer atau pengatur waktu tersebut berfungsi untuk mengatur kondisi pasang dan surut tanaman.
Media Tanaman Hidroponik
Media tanam menjadi penunjang keberhasilan praktik budidaya tanaman menggunakan sistem hidroponik. Menurut penjelasan di buku “Dasar-dasar Bertanam Secara Hidroponik” ada beberapa kriteria media tanam yang dibutuhkan dalam sistem budidaya ini.
- Memiliki kemampuan menyimpan kandungan air sehingga tanaman tetap dapat memperoleh nutrisi dari kadungan air yang tersimpan dalam media tersebut.
- Memiliki struktur gembur, subur, dan menyerap air dengan baik.
- Rendah garam.
- Tidak mudah berubah bentuk dan tidak mudah kering saat suhu berubah.
- Bebas dari hama dan patogen.
- Mengandung kapur atau kalsium.
Berikut ini beberapa jenis media tanam yang biasa digunakan.
1. Arang sekam
Arang sekam merupakan media tanam organik yang memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
- Harganya relatif murah,
- Bahannya mudah didapat.
- Ringan.
- Steril.
- Prositas tinggi.
- pH netral
- memiliki daya ikat air yang bagus.
Sementara itu, kekurangan dari media tanaman hidroponik ini seperti jarang tersedia di pasaran (umumnya petani membuat sendiri) dan hanya dapat digunakan maksimal dua kali. Tanaman hidroponik yang menggunakan media tanam ini antara lain tomat, paprika, dan mentimun.
2. Cocopeat
Media tanam ini terbuat dari sabut kelapa yang sudah diolah menjadi serbuk. Bentuknya mirip dengan serbuk kayu hasil gergaji namun lebih lembut. Media tanam ini memiliki kemampuan menyerap air yang tinggi, pH-nya juga cukup stabil diangka 5 – 6,8.
Cocopeat biasanya digunakan bersama arang sekam dengan perbandingan 50:50. Pencampuran tersebut bertujuan untuk meningkatkan oksigen yang berpengaruh terhadap tingkat aerasi dan pertumbuhan akar.
3. Rockwool
Media tanam rockwool merupakan mineral ribet atau mineral wool yang dapat digunakan untuk budidaya tanaman hidroponik. Keunggulan yang dimiliki oleh media ini antara lain:
- Mampu menahan air dan udara yang diperlukan untuk pertumbuhan akar dan penyerapan nutrisi.
- Memiliki serat alami yang dapat menopang batang dan akar tanaman agar tetap tegak dan stabil.
- Ramah lingkungan.
- Bebas patogen.
- Mengurangi penggunaan disinfektan.
- Dapat mengoptimalkan penggunaan pupuk.
Sementara itu rockwool juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
- Masa jenisnya ringan.
- Mudah terbang terbawa angin.
- Memiliki pH yang relatif tinggi untuk beberapa jenis tanaman, sehingga perlu perlakuan khusus sebelum digunakan sebagai media tanam.
4. Kapas
Saat masih sekolah mungkin kita sering menumbuhkan kacang di atas kapas. Ternyata perlakuan tersebut juga bisa diterapkan untuk budidaya tanaman hidroponik. Media tanam ini memiliki daya serap air yang sangat tinggi sehingga cocok untuk budidaya sistem hidroponik.
Umumnya kapas digunakan dalam proses penyemaian benih terutama untuk benih yang berukuran kecil atau memiliki masa tanam menengah sampai panjang.
5. Spons
Kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan spons. Benda ini biasanya digunakan untuk cuci piring atau keperluan bebersih lainnya. Namun ternyata spons juga dapat digunakan sebagai media tanaman hidroponik. Media tanam ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
- Memiliki pori-pori yang besar sehingga mudah mengalirkan air nutrisi ke akar.
- Bobotnya ringan sehingga mudah dipindahkan.
- Meskipun bobotnya ringan, namun spons tidak perlu pemberat sebab setelah tersiram air bahan ini akan menjadi kuat.
- Memiliki kemampuan menyerap dan menahan air yang tinggi, bahkan sampai dua minggu.
- Kebal terhadap jamur patogen.
- Spons yang digunakan sebagai media semai, akan menghasilkan tanaman yang lebih bagus.
- Hemat biaya.
Sedangkan kekurangan dari media spons, seperti:
- Tidak tahan lama karena bahannya mudah hancur.
- Kurang efisien karena lebih cocok untuk tanaman hias bunga potong yang penggunaannya sementara.
Cara Menanam Hidroponik
Budidaya tanaman secara hidroponik sebenarnya tidak sulit karena jenis hidroponik sangat beragam ada yang sangat sederhana namun ada juga yang dibuat dengan modal cukup besar. Bagi Anda yang ingin membuat hidroponik, berikut ini beberapa tahapan yang bisa Anda ikuti.
1. Membuat instalasi hidroponik
Instalasi hidroponik cukup beragam, Anda bisa menggunakan bahan-bahan yang relatif murah dan mudah didapat. Seperti ember plastik, selang kecil, pompa dan aerotor akuarium, serta beberapa alat penunjang lainnya.
Anda juga bisa memilih hidroponik sistem wick dari botol bekas dan sumbu kompor. Selain mudah dan mudah, sistem ini juga ramah lingkungan.
2. Membuat larutan nutrisi
Larutan nutrisi menjadi hal penting yang harus disiapkan. Larutan ini disebut juga pupuk hidroponik yang terbuat dari garam anorganik atau garam kimia. Anda bisa mendapatkan di toko kimia atau toko pertanian. Nama larutan tersebut formulasi AB mix.
Berikut ini contoh komposisi AB mix yang diterangkan dalam buku buku “Budidaya Sayuran Hidroponik (Bertanam Tanpa Media Tanah)”.
AB mix untuk sayuran daun
Komposisi A
- Kalsium nitrat: 1176 gram
- Kalium nitrat: 616 gram
- Fe EDTA: 38 gram
Komposisi B
- Kalium dihidro fosfat: 335 gram
- Amnonium sulfat: 122 gram
- Kalium sulfat: 36 gram
- Magnesium sulfat: 790
- Cupri sulfat: 0,4 gram
- Zinc sulfat: 1,5 gram
- Asam borat: 4,0 gram
- Mangan Sulfat: 8 gram
- Amonium hepta molibdat: 0,1 gram
AB mix untuk sayuran buah
Komposisi A
- Kalsium nitrat: 1100 gram
- Kalium nitrat: 575 gram
- Fe EDTA: 38 gram
Komposisi B
- Kalium dihidro fosfat: 560 gram
- Amnonium sulfat: 30 gram
- Kalium sulfat: 75 gram
- Magnesium sulfat: 050 gram
- Cupri sulfat: 0,4 gram
- Zinc sulfat: 1,5 gram
- Asam borat: 4,0 gram
- Mangan Sulfat: 8 gram
- Amonium hepta molibdat: 0,1 gram
3. Menyiapkan tanaman
Proses penanaman dapat dilakukan dengan menggunakan benih atau bibit. Cara menanam hidroponik dengan menggunakan benih diawali dengan memasukan benih ke dalam media tanam dengan bantuan pinset. Setelah itu, netpot hidroponik ditempatkan dalam set hidroponik.
Sementara itu penanaman menggunakan bibit dilakukan dengan cara mengambil bibit kemudian selimuti akar dengan media tanam. Berikutnya bibit diletakan dalam set pot yang telah diatur pada set hidroponik.
4. Pemeliharaan
Pada proses ini ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan, antara lain:
- Pengukuran pH dan nutrisi.
- Pengendalian hama dan patogen.
- Penylaman atau mengganti tanaman yang mati dengan tanaman baru.
- Mengontrol instalasi.
- Panen dan pasca panen.