Berefleksi Melalui Yoga, Joget, dan Tari Sufi

Image title
Oleh Tim Redaksi
2 Maret 2022, 10:00
Berefleksi Melalui Yoga, Joget, dan Tari Sufi
Katadata | Ajeng Nindias

Tari sufi, katanya, sangat sederhana. Semua orang “hanya” menari dengan cara berputar. Akan tetapi, Tebo menyebut akan ada masalah yang muncul dari pikiran sendiri ketika menari. Jika hal tersebut terjadi, peserta harus berusaha agar problem tersebut tak lagi muncul.

“Ketika kita berputar sistem mekanisme otak kita tak mampu lagi menerima informasi sehingga otak mengirimkan sinyal berupa ketakutan, pusing, dan mual. Itu hal yang akan kalian hadapi. Kita harus hadirkan kembali memori dan energi ketika masih kecil. Saat semakin bertumbuh, kita berpikir orientasi dan target. Dalam pola ini, jika kita punya orientasi dan target, otak kita akan mengirinkan sinyal pusing, mual, dsb,” katanya.

Tebo menjelaskan dasar tari Sufi serupa dengan berjalan. Akan tetapi, mengangkat kaki untuk berjalan di tari ini fokus pada sebuah titik. Satu tangan dibuka ke atas untuk menerima energi murni yang kemudian dialirkan ke cakra hati untuk ditranformasikan kembali ke bumi sehingga tetap seimbang.

Peserta festival juga harus menarik napas sewaktu berputar agar tak kehilangan kontrol. Semua peserta festival kemudian menari whirling dervish. Ada yang menyerah lalu duduk istirahat. Ada yang berhasil berputar dan mengatasi rasa mual yang muncul.

Tebo mengatakan lokakarya tari sufi di atas merupakan bagian dari mengingat proses saat dilahirkan. “Kita lahir dari organ intim ibu kita itu berputar secara teratur. Kalau lihat sejarah sains, matahari dan seluruh planet juga berputar. Napas serta darah kita berputar,” ujarnya.

Banyak kebudayaan, kata Tebo, yang menciptakan simbol dengan berbagai macam nama sesuai dengan kepercayaan masing-masing dengan sumber berupa sesuatu yang berputar. Hal tersebut dapat menimbukan energi elektromagnetik.

“Tubuh kita juga mampu melakukan itu dan efeknya bisa membawa kita ke level transcendence, high consciousness terutama untuk mengingat kembali berikut merasakan energi Sang Pencipta. Whirling dervish itu dynamic meditation, proses berputar, bergerak, menari ini untuk mendekatkan diri ke Sang Pencipta,” katanya.

Tebo berharap tari Sufi yang diajarkan pada peserta Festival Cinta bisa membuat mereka berkomunikasi dengan diri sendiri. Ia ingin hal tersebut membantu peserta  berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, tari ini bisa menciptakan keseimbangan mental yang berguna di masa merebaknya pandemi seperti sekarang.

Whirling dervish menjadi salah satu tools dari sebuah kebudayaan yang muncul dari sufisme. Cinta itu bisa kita ekspresikan lewat kecintaan kita terhadap tanaman, lingkungan, dan sesama manusia. Kalau tidak ada itu, proses evolusi kehidupan akan mengalami disbalance,” katanya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...