Sinopsis Novel Rindu, Perjalanan Panjang Sebuah Kerinduan

Destiara Anggita Putri
23 September 2022, 13:32
Sinopsis Novel Rindu
Unsplash

Konflik dimulai ketika kapal tiba di Pelabuhan Surabaya dimana saat itu terjadi para pejuang kemerdekaan tengah menyerbu. serdadu belanda yang membuat panik masyarakat. Kepanikan itu menyebar hingga ke pasar yang tengah dikunjungi oleh Daeng Andipati dan anak-anaknya. Untungnya, berkat bantuan Ambo Uleng, mereka bisa keluar dari keributan itu.

Perjalanan kemudian berlanjut ke Pelabuhan Semarang. Kali ini ada tokoh Bapak Soerjaningrat dan Bapak Mangunkusumo yang bergabung dalam perjalanan ini. Mereka berdua lah yang berperan mengajar anak-anak yang masih bersekolah di kapal Blitar Holland. 

Ketika mereka tiba di Pelabuhan Semarang, ada  tambahan delapan puluh jamaah haji yang  ikut serta termasuk Mbah Kakung dan Mbah Putri.  Kehadiran mereka berdua membuat perjalanan kapal lebih berwarna.  

Pada hari ketujuh perjalanan tepatnya pada 8 Desember 1938, kapal tiba di Pelabuhan Batavia. Disini , rombongan Daeng Andipati yang  hendak turun menikmati soto Betawi terkejut melihat Bundo Upe berlari sambil menangis sambil ditemani suaminya. 

Hal ini pun membuat meka bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Bundo Upe. Namun, seiring dengan perjalanan kapal tersebut, semuanya akan segera terungkap.

Kutipan Novel Rindu

Setelah mengetahui sinopsis novel Rindu yang menceritakan kisah tentang kerinduan, Anda akan menemukan banyak kutipan yang mampu menyentuh hati pembaca. Berikut beberapa kutipan dari novel Rindu.

“Hanya dua alasan yang membuat seseorang memutuskan pergi sejauh mungkin. Satu karena kebencian yang amat besar, satu lagi karena rasa cinta yang amat dalam. t menyenangkan sekali jika cinta sejatimu adalah sahabat terbaikmu.”

“Kita boleh jadi membenci atas kehidupan ini, boleh kecewa, boleh marah. Tapi ingatlah nasihat lama, tidak pernah ada pelaut yang merusak kapalnya sendiri. Akan dia rawat kapalnya hingga dia bisa tiba di pelabuhan terakhir. Maka jangan rusak kapal kehidupan milikmu hingga dia tiba di dermaga terakhirnya.”

“Lari dari kenyataan hanya akan menyulitkan diri sendiri. Semakin keras kau berusaha lari, semakin kuat cengkramannya. Semakin kencang kau berteriak melawan, semakin kencang pula gemanya memantul, memantul, dan memantul memenuhi kepala. “

“Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar  dan membuktikan apapun kepada siapapun bahwa kita baik. Jangan merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain. Pada akhirnya, kita sendiri yang tahu persis apakah kita memang baik atau tidak. “

“Berhenti lari dari kenyataan hidup. Berhenti cemas atas penilaian orang lain, dan mulailah berbuat baik sebanyak mungkin.”

Halaman:
Editor: Intan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...