Tiga Pekan Menguat, Harga Minyak Kembali Tertekan Akibat Isu Pasokan
Harga minyak mentah dunia kembali jatuh pada perdagangan Senin (23/12). Padahal, harga minyak mencatatkan kenaikan selama tiga pekan berturut-turut di tengah meredanya perang dagang Amerika Serikat (AS) - Tiongkok.
Berdasarkan data Reuters, harga minyak jenis Brent pada Pukul 08.20 WIB turun 7 sen menjadi US$ 66,07 per barel dalam pembukaan hari ini. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) turun 5 sen menjadi US$ 60,39 per barel.
Tekanan harga minyak mentah disebabkan oleh estimasi peningkatan jumlah rig AS yang mengindikasikan akan adanya peningktan produksi minyak AS beberapa waktu mendatang.
(Baca: Kesepakatan Dagang Pacu Harga Minyak ke Level Tertinggi dalam 3 Bulan)
Salah satu perusahaan jasa energi AS, Baker Hughes Co BRK.N dalam laporannya Jumat lalu menyatakan telah menambah 18 rig minyak dalam seminggu hingga 20 Desember. Sehingga, total rig yang dimiliki perusahaan menjadi 685, terbesar sejak awal November.
Penambahan rig itu dilakukan, di tengah upaya pengurangan pengeboran baru oleh sejumlah produsen untuk menjaga harga.
Padahal sebelumnya, harga minyak sempat terkerek yang dipicu oleh kemajuan penyelesaian sengketa dagang antara AS da Tiongkok. Perdamaian kedua negara yang diketahui sebagai salah satu konsumen minyak terbesar dunia tersebut meningkatkan harapan permintaan energi yang lebih tinggi di tahun depan.
(Baca: Harga Minyak Dunia Stabil di Tengah Turunnya Stok Minyak AS)
Tiongkok telah mengumumkan daftar pembebasan tarif impor untuk enam produk minyak dan kimia dari Amerika Serikat. Tindakan tersebut dilakukan setelah beberapa hari Washington dan Beijing sepakat menandatangani kesepakatan dagang pada Januari 2020.
Di sisi lain, adanya kemajuan perjanjian AS-Meksiko-Kanada (USMCA) yang akan menggantikan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA), juga telah mendongkrak harga minyak.