Mengenang Musisi Djaduk Ferianto Yang Tutup Usia Hari Ini

Pingit Aria
13 November 2019, 13:04
Mendapatkan Amanah dari Keluarga Alm. Sang “PENGAMEN AGUNG” Sujud Sutisno alat produksi alm berupa 2 buah kendangnya yang selalu menyertainya kalau sdg ngamen dan 2 buah topinya . Keluarga menyerahkan kesaya untuk dirawat. Saya sendiri gemetarrrr menerima
https://www.instagram.com/djaduk/
Mendapatkan Amanah dari Keluarga Alm. Sang “PENGAMEN AGUNG” Sujud Sutisno alat produksi alm berupa 2 buah kendangnya yang selalu menyertainya kalau sdg ngamen dan 2 buah topinya . Keluarga menyerahkan kesaya untuk dirawat. Saya sendiri gemetarrrr menerima ini. Tapi karena ini kehendak Alm dan Keluarga maka PUSAKA ini akan saya rawat dgn baik. Doakan saya bisa melaksanakan keinginnannya.

Selain itu, Djaduk juga pernah mementaskan repertoar Unen-Unen di Yogya tahun 1983 dan, pada tahun 1985 bergabung dalam Teater Gandrik.

Pada tahun 1995, Djaduk bersama dengan kakaknya, Butet Kertaredjasa dan Purwanto, mendirikan Kelompok Kesenian Kua Etnika. Grup ini mengeksplorasi musik etnik dengan pendekatan modern. Pada tahun 1997, Djaduk mengolah musik keroncong dengan mendirikan Orkes Sinten Remen.

Diberitakan Harian Kompas (22/2/1995), bapak lima anak ini tak cuma kuat dalam penggarapan musik kreatif berbasis instrumen perkusi. Berkali-kali Djaduk juga berhasil tampil sebagai penghibur yang kreatif lewat karya pantomim dan gerak tari, seperti sang ayah. Berbagai pentas musik di dalam di luar negeri kemudian dilakoninya.

(Baca: Bacakan Pidato Kontemplasi, SBY Kenang 43 Tahun Bersama Ani Yudhoyono)

Salah satu hal yang pernah mengganjal Djaduk adalah label lokal dan nasional. Dikutip dari Wikipedia, ia mengalami diskriminasi itu sejak 1979.

Djaduk baru bisa masuk industri (nasional) pada tahun 1996, setelah muncul di acara Dua Warna, RCTI. Maka ketika Djaduk banyak menerima job tingkat nasional, termasuk saat berperan dalam film Petualangan Sherina, ia tetap bertahan sebagai orang lokal.

Ia menolak berdomisili Jakarta, meski frekuensi tampil di ibu kota sedang tinggi. Djaduk dan kelompoknya tetap berada di Yogyakarta.

 “Sumangga Gusti” yang dituliskan Butet berarti “Silakan, Tuhan”. Dalam unggahannya, Butet seolah mengungkapkan bahwa dirinya telah mengikhlaskan kepergian sang adik, Djaduk Ferianto.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...