Serangan Kilang di Arab Saudi Memicu Lonjakan Harga Minyak hingga 19%
Saudi Aramco mengatakan serangan tersebut memangkas produksi sebesar 5,7 juta barel per hari. Padahal perusahaan minyak raksasa tersebut sedang mempersiapkan diri untuk penjualan saham terbesar di dunia. Hingga saat ini, Aramco juga tidak dapat menentukan kapan kapasitas produksi akan kembali normal.
“Pihak berwenang Saudi mengklaim kebakaran dikendalikan, tapi ini masih jauh,” kata Kumar.
Kenaikan harga sempat tertahan setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan siap melepas minyak dari cadangan strategis jika diperlukan. Pernyataan ini merespons serangan terhadap fasilitas minyak Saudi. Pemerintah Saudi juga siap melanjutkan ekspor dengan memanfaatkan stok dari fasilitas kilang besar lainnya.
Kendati demikian Direktur Pelaksana Strategi Energi di RBC Capital Markets, New York yakni Michael Tran mengatakan serangan pada fasilitas kilang Saudi bukan satu-satunya penentu harga minyak. “Seperti ketersediaan pasokan ekspor, elastisitas harga, hingga kebijakan pemerintahan negara tertentu,” ujar Tran.
(Baca: Harga Minyak Turun 1% Menyusul Keraguan Kesepakatan Dagang AS-Tiongkok)