Harga Minyak Mentah Dunia Stabil US$ 60 saat Pasokan AS Menurun
Harga minyak mentah dunia kembali menguat pada perdagangan Rabu (21/8) atau Kamis (22/8) pagi waktu Indonesia, setelah data stok minyak mentah AS menunjukkan penurunan, namun dibarengi dengan naiknya persediaan bahan bakar.
Sementara itu kekhawatiran memanasnya konflik Iran-AS di selat Hormuz berpotensi membuat arus pasokan minyak dunia terganggu.
Mengutip Reuters, harga minyak berjangka Brent, naik US$ 0,27 menjadi US$ 60,30 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 0,45 menjadi US$ 55,68 setelah sebelumnya sempat mencapai level US $ 57,13 per barel.
Menurut data Badan Informasi Energi AS (EIA), stok minyak mentah turun sekitar 2,7 juta barel dibandingkan stok pada pekan sebelumnya yang berakhir 16 Agustus. Penurunan tersebut lebih besar dari yang diperkirakan analis sebesar 1,9 juta barel.
"Permintaan bensin dan minyak distilasi jelas tetap lemah namun diharapkan ada sedikit perbaikan sebelum tahun berakhir," kata presiden Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch.
(Baca: Harga Minyak Stabil Seiring Kebijakan Stimulus Ekonomi Negara Maju)
Kendati demikian, persediaan minyak mentah AS tahun ini masih berada pada level 437,8 juta barel atau sekitar dua% lebih tinggi dari rata-rata persediaan selama lima tahun terakhir.
Di sisi lain, ketegangan antara AS dan Iran tetap menjadi perhatian pelaku pasar. Pasalnya Presiden Iran Hassan Rouhani mengancam AS jika AS melakukan langkah yang membuat ekspor minyak Iran turun, maka jalur perairan internasional tidak akan memiliki keamanan yang sama seperti sebelumnya.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif juga mengeluarkan pernyataan bahwa Iran akan melakukan hal yang tidak terduga dalam menanggapi kebijakan AS di bawah Presiden Donald Trump.
Kementerian Luar Negeri Iran pada Senin (19/8) juga telah memperingatkan terhadap segala upaya yang dilakukan oleh AS untuk merebut kembali kapal tanker minyak Iran yang dilepas pada 15 Agustus atas perintah Mahkamah Agung Gibraltar setelah 42 hari ditahan.
Kepala kabinet PBB, Maria Luiza Viotti, pada Selasa (20/8) menyerukan agar kedua negara yang berseteru tersebut melakukan "dialog pengekangan dan tulus" untuk menghindari konfrontasi besar di Timur Tengah pada pertemuan Dewan Keamanan PBB.
(Baca: Harga Minyak Menguat 0,8% Dipicu Ketegangan Timur Tengah)
"Serangkaian insiden di Selat Hormuz dan jalur pelayaran yang berdekatan telah meningkatkan ketegangan ke tingkat berbahaya," katanya, seraya menambahkan "sangat penting bahwa hak dan tugas yang berkaitan dengan navigasi dihormati sesuai dengan hukum internasional."
Di sisi lain, ketidakpastian atas prospek ekonomi global di tengah perang perdagangan AS-Tiongkok juga membebani pasar. "Minyak mentah stagnan, dengan harga yang naik dalam beberapa hari terakhir tidak menghilangkan kekhawatiran bahwa risiko resesi masih bisa membuat pasar lebih rendah lagi," kata kepala strategi komoditas di Saxo Bank Ole Hansen.