Teknologi Digital Berkontribusi terhadap Pertumbuhan Industri Hiburan

Image title
1 Februari 2019, 10:13
Guns N' Roses
Twitter/@gunsnroses
Guns N' Roses saat menggelar konser di Meksiko, 4 November 2018.

“Kalau selama ini penggunaan cashless hanya untuk ride, tapi mereka sudah mulai menggunakannya untuk pembelian tiket. Karena hanya dengan 2 step saja dan bukan hanya untuk price yang Rp 100 ribuan, tapi juga mencapai harga yang Rp 500 ribu keatas bahkan jutaan," kata Anvid.

Selain itu, di Indonesia sendiri sudah banyak event-event skala kecil dan menengah yang tersebar. Setiap orang bisa membuat event hanya dalam sebuah dashboard, mulai dari event berbayar atau gratisan. Konsel self-service ini menjadi solusi untuk memaksimalkan event layaknya profesional.

(Baca: Bekraf Ingin Pengelolaan Dana Abadi Ekonomi Kreatif Secara Bottom Up)

Selanjutnya keenam,  pemanfaatan smartphone dengan melalui mobile apps dan sebagainya untuk memperoleh informasi hiburan. "Kami melihat ini adalah peluang yang membantu lebih lagi disitu. Jadi kalau sekarang ada istilah artificial intelligence (AI). Dan AI itu sebenarnya bisa digunakan dalam hal ticketing," ujarnya.

Melihat pertumbuhan signifikan di industri hiburan, point ketujuh mengenai pemanfaatan teknologi pada sistem ticketing, melalui Ticketing Management System (TMS). Anvid menambahkan, potensi venue di setiap event sudah mengadopsi teknologi.

Sementara itu, Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Ricky Joseph Pesik, mengatakan bahwa teknologi  sudah menjadi hal wajib pada industri hiburan. Sehingga kedepannya tidak ada lagi perbedaan antara ekonomi kreatif maupun ekonomi digital, karena keduanya termasuk dalam industri digital.

"Bekraf ingin teknologi begitu banyak hal-hal baru yang muncul yang mengubah banyak lanskap secara fundamental. Yang kita mau bagaimana pemerintah memberikan ruang lebih luas kepada anak-anak muda  di Indonesia menjadi pemain utama," kata dia.

Terlebih lagi dengan prospek perekonomian Indonesia yang akan menjadi salah satu negara dengan pendapatan tertinggi di dunia pada 2030, ekonomi kreatif di Indonesia turut ditargetkan akan menjadi salah satu kekuatan industri kreatif dunia.

Ekonomi Kreatif Indonesia diharapkan terus menjadi kekuatan baru ekonomi nasional  ke depan. Hal  itu diharapkan bisa dicapai seiring  kontribusi PDB (Produk Domestik Bruto) Ekonomi Kreatif terhadap PDB nasional terus menunjukkan peningkatan setiap tahunnya.

Bekraf mencatat, setidaknya ada tiga subsektor yang berpotensi tumbuh paling pesat tahun ini, yaitu film, animasi, dan video; aplikasi dan pengembang permainan; serta musik.

Kepala Bekraf Triawan Munaf mengatakan, perkembangan bisnis di tiga subsektor itu dibarengi perbaikan ekosistem. Hal ini membuat kapitalisasi kekayaan intelektual yang dimiliki industri perfilman, gim, dan musik relatif lebih besar daripada subsektor lain.

"Tapi sekarang (kapitalisasi) hak cipta masih sangat kecil. Misalnya, ada pemusik di Indonesia yang musiknya di Youtube dipakai untuk pertunjukan kecil-kecilan (di luar negeri), pemusik kita tidak dapat apa-apa,"ujarnya.

Halaman:
Reporter: Rizka Gusti Anggraini
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...