Ditutup Tanpa Apresiasi, Debat Diwarnai Saling Sindir
Debat perdana dalam rangkaian Pilpres 2019 ditutup tanpa apresiasi dari kedua pasangan calon (paslon). Saling sindir masih mewarnai debat tersebut.
Dalam pidato singkatnya, Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo mengatakan, ia bukan diktator dan tidak memiliki rekam jejak yang buruk di masa lalu. Jokowi dan pasangannya Ma'ruf Amin memastikan akan mempertahankan reputasi baiknya dalam hal hukum, hak asasi manusia (HAM), hingga korupsi.
"Kami akan pertaruhkan reputasi dan menggunakan kewenangan yang kami punya untuk perbaikan bangsa," kata Jokowi, di Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1) malam.
Sementara itu, Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menekankan pada para penegak hukum yang sejahtera sebagai prasyarat negara yang berhasil. Oleh karena itu, ia menjanjikan kenaikan gaji hakim dan aparat hukum lainnya.
Mantan Danjen Kopassus itu juga mengatakan, ada kesalahan elit yang membiarkan kebocoran kekayaan negara ke luar negeri. "Ini kesalahan bersama, kesalahan para elite yang sudah berjalan puluhan tahun," kata Prabowo. Dengan penghasilan aparat hukum yang besar, mereka dapat menjadi pilar negara di masa depan.
Sebelum acara usai, Jokowi dan Ma’ruf Amin yang berada di sisi kiri panggung debat sempat menyambangi Prabowo dan Sandiaga Uno. Keempatnya lantas saling berpelukan meski acara belum resmi ditutup. Usai kejadian tersebut, moderator debat Ira Koesno dan Imam Priyono menutup acara.
(Baca: Prabowo Usung Rasio Pajak 16% untuk Naikkan Gaji PNS)
Saling Sindir
Ketika ditemui di luar arena debat, Prabowo mengaku merasa tegang mengikuti Debat Pilpres 2019. Terlebih, sistem debat kali ini berbeda dibandingkan debat pada Pilpres sebelumnya. Selain itu, saling sindir yang terjadi selama debat berlangsung membuat suasana debat cukup panas. "Oke lah. Tegang juga aku," kata Prabowo.
Aksi saling sindir ini terlihat ketika Prabowo mempermasalahkan adanya kepala desa yang ditersangkakan lantaran mendukungnya. Padahal, ada kepala daerah yang mendukung Jokowi dan Ma'ruf Amin, namun tidak dipermasalahkan. Jokowi lantas meminta agar Prabowo tak asal menuduh.
Jokowi lantas menyinggung kasus yang terjadi kepada mantan juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Ratna Sarumpaet. Awalnya Ratna mengaku dianiaya. Kemudian Prabowo pun melakukan konferensi pers untuk membela Ratna. Ternyata, Ratna diketahui berbohong dan mengarang cerita. Perubahan fisik wajah Ratna ternyata hasil operasi plastik.
Prabowo kembali menyindir Jokowi saat menyatakan adanya silang pendapat antarmenteri terkait ketersediaan beras. Ia mengatakan, Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Direktur Utama Bulog menyebut beras saat ini cukup sedangkan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menilai pasokan beras minim. Akhirnya, pemerintah pun impor beras.
Jokowi menjawab, ia justru tidak senang jika menterinya satu suara karena tidak akan ada yang mengontrol satu sama lain. Adapun keputusan soal impor sudah menjadi keputusan bersama.
Sindiran lainnya muncul dari Jokowi ketika menanyakan kepada Prabowo terkait calon anggota legislatif dari Gerindra yang merupakan mantan narapidana kasus korupsi. Mengutip data Indonesia Corruption Watch (ICW), Jokowi menyebut caleg mantan narapidana korupsi paling banyak berasal dari Gerindra.
Prabowo mengaku belum menerima data ICW dan menudingnya sangat subjektif. Ia meminta Jokowi tidak menuduh partai yang dipimpinnya dan memastikan Gerindra akan melawan korupsi hingga ke akar-akarnya.
(Baca: Jokowi Tegaskan Tak Punya Konflik Kepentingan dan Beban Masa Lalu)